Sabtu, 20 Agustus 2011

BYE BYE PIL...

Jaman sekarang siapa sih yang tidak mengenal pil? Dari balita sampai engkong-nyai pasti tahu apa itu pil. Pil disini bukan singkatan Pria Idaman Lain yah hehe...tetapi barang imut yang dipercaya ajaib bisa menyembuhkan penyakit besar, apalagi penyakit kecil. Benarkah? ^_^

Pernahkah diantara teman-teman yang membaca botol dari pil yang sedang dikonsumsi? Bacalah benar-benar dan teliti, pil itu bertujuan untuk mengobati gejala. Mengobati gejala, bukan mengobati penyakit dari akarnya. Pikirkan bagaimana jika kita mengobati segala gejala dalam kehidupan kita dan tidak mengatasi segala sesuatu pada akarnya?

Motor kita mogok, lalu kita menuntunnya setiap hari. Motor itu memang berpindah tempat, tetapi karena kita tuntun. Apa jadinya? Sampai tempat kerja kita telat, badan pegal-pegal, capek dan lapar, kerja pun tak bisa optimal. Itu masih mending, jika kita tidak dipecat lebih dahulu... ^_^

Lantas apa lagi yang dilakukan pil pada tubuh kita? Bahan kimiawi itu akan melakukan sesuatu pada setiap organ dalam tubuh kita, dan karena sains masih belum memahami sepenuhnya tentang keseimbangan tubuh manusia, maka apa yang dihasilkannya sepertinya lebih banyak ruginya daripada manfaatnya. Masih belum percaya? Baca saja label obat tentang efek sampingnya.

Dunia industri yang disebut-sebut sebagai "penjaga kesehatan" akan membuat kita percaya bahwa meminum pil adalah satu-satunya yang alami dan merupakan cara ampuh untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita. Padahal kenyataannya? Penelitian menunjukkan bahwa ada lebih banyak orang yang mendapatkan perawatan medis dari sebelumnya. Dan ada lebih banyak pil yang diminum dari sebelumnya. Tetapi orang masih saja sakit dan SEMAKIN sakit dari sebelumnya, dan ini terjadi seiring pertumbuhan populasi.

Setiap aksi memiliki reaksi yang sama dan berlawanan. Setiap obat yang kita minum menghasilkan reaksi berantai dalam tubuh kita. Beberapa orang percaya bahwa setiap obat memiliki efek samping yang negatif dan membuat kita sakit. Tentunya tidak ada sesuatu yang diproduksi manusia yang 100% aman dikonsumsi oleh manusia. Satu-satunya yang dilakukan sains yang lebih baik daripada alam adalah membuat keuntungan!

Pil, atau obat, tidak menyembuhkan apapun, tetapi hanya menyembuhkan gejala. Itu artinya penyebab gejala itu masih menimbulkan masalah. Bahkan dalam beberapa kasus, mungkin membiarkan penyebab sakit tersebut justru menciptakan masalah lebih besar. Hal ini terjadi karena penggunaan obat tersebut berarti menghentikan mekanisme pertahanan alami dalam melawan penyebab penyakit.

Dalam beberapa kasus, obat yang kita minum untuk mengobati gejala ternyata justru menyebabkan gejala itu. Obat sakit kepala bisa menyebabkan sakit kepala. Tubuh menjadi tergantung pada bahan kimia ini yang bersumber dari luar tubuh kita dan menghentikan perlawanan pada penyebab penyakit. Semua kerja keras yang dilakukan untuk melatih sistem kekebalan terbuang sia-sia ketika kita meminum obat tersebut. Tubuh kita berusaha beradaptasi dengan segala sesuatu yang kita lakukan dan menghentikan produksi enzim tertentu yang tentunya lebih mudah daripada memulai memproduksinya.

Pil yang kita minum tidak melepaskan bahan kimia ini ke tempat yang membutuhkannya, tetapi pil itu akan bergerak ke seluruh tubuh. Mekanisme pertahanan alami kita tidak akan melakukan ini, dan juga tidak memiliki semua bahan kimia yang berbuntal-buntal yang terkandung dalam sebuah obat.

Setiap obat menimbulkan reaksi berantai pada tubuh dan kita tidak dapat memprediksi apa yang akan dilakukan pil itu pada kita. Ini mencakup semua obat kimia, imunisasi, salep, krim anti jamur, pil KB, obat kumur dan sebagainya. Pastinya kita harus mengubah gaya hidup kita untuk bisa sehat, bukan? Pil adalah jalan pintas dan kemudahan menuju kerugian yang dibayar dengan uang.

Lho? Jadi, siapa dong yang sebaiknya kita temui? Dalam hal ini ada beberapa praktisi yang disarankan, antara lain:
_siropraktor, banyak penyakit yang bersumber karena posisi punggung tidak pas, hal ini menyebabkan otot tertekan dan mengganggu aliran energi kita.
_ahli herbal, hal ini membuat penyakit kita tertangani dengan cara yang alami.
_praktisi homeopatik dan naturopatik, yang praktek-prakteknya tidak berdasarkan pada penggunaan obat-obatan dan operasi agar bisa membawa tubuh kita kembali pada keseimbangan alami.

Okay teman, mudah-mudahan bermanfaat ^_^

Rujukan: Allergic to everything, Dr. Joseph Novak

Jumat, 19 Agustus 2011

WANITA DAN HAID

Di pagi yang cerah ini pikiran saya melayang pada kejadian seorang teman bersama suaminya. Sang suami yang meski pekerjaannya bukan sebagai juru pijat maupun juru elus itu, sering mengelus dadanya jika melihat sikap istrinya sehari-hari. Ada saja yang menjadi alasan sang istri marah-marah, dari soal anaknya yang nakal, tidak cocok dengan sikap suami, tidak cocok dengan teman dan sebagainya. Hingga suatu hari sang istri pun marah-marah lagi, dan seperti biasa sang suami cuma bisa mengelus dada. Sang istri yang melihat respon suaminya akhirnya berkata, masih dengan nada tinggi: "Aku kan lagi haid baaaang (makanya marah-marah) !" Lalu dengan entengnya sang suami menjawab: "Ah, dikau haid nggak haid mah sama saja, marah-marah mulu..."  :p

Saya yakin bukan hanya dia yang menisbatkan kemarahannya kepada sosok bernama "haid." Bahkan diantara kita mungkin pernah melakukannya. Betul? Mari kita tengok, mengapa haid seringkali dijadikan kambing hitam oleh para wanita untuk alasan kemarahannya.

Ihwal ketegangan jiwa menjelang haid, maupun yang menyertai haid, sebenarnya tidak selalu menimpa setiap wanita. Biasanya terjadi pada wanita yang keseimbangan hormon tubuhnya timpang. Bentuknya bisa bermacam-macam, dari gelisah, mudah tersinggung, marah, muncul ketakutan, sukar tidur, nyeri kepala, perut kembung, bahkan sampai mual dan muntah. Lebih parahnya lagi, bahkan ada juga yang mengaku cenderung suka mengutil (cleptomania) dan rentan mengalami kecelakaan (accident proneness). Ketegangan jiwa menjelang haid inilah yang populer dengan sebutan PMS atau premenstrual tension syndrom.

Estrogen, hormon yang mulai dihasilkan semasa pubertas dan terus naik-turun sepanjang siklus haid, inilah yang disinyalir bertanggung jawab terhadap timbulnya PMS tersebut. Baik itu sosok tubuh, kinerja seksual, karakteristik kewanitaan, perangai sosial dan corak kepribadian wanita, semua itu dibentuk, diatur dan dipengaruhi sedikitnya oleh empat hormon seks. Tetapi, estrogen itulah hormon wanita yang paling dominan melakukan perannya. Oleh karena itu jangan heran jika kaum Adam menyebut kita sebagai "kaum misterius." Memang sepanjang hidup wanita, fluktuasi naik turunnya hormon seks harian dan bulanan menjadikan penampilan wanita lekas berubah-ubah, mood wanita cepat mengalami pasang-surut.

Lalu bagaimana estrogen melakukannya? Pertanyaan tersebut masih menjadi PR yang tak mudah diselesaikan oleh para ahli, terutama karena patokan kadar estrogen "normal" tak kunjung ditemukan. Yang jelas, estrogen memainkan peran yang cukup penting pada tubuh wanita, termasuk di area otak yang mengontrol emosi. Menurut catatan, estrogen dapat meningkatkan kadar dan reseptor serotonin di otak, memodifikasi produksi dan pengaruh hormon endorfin (senyawa otak yang dapat membangkitkan perasaan ceria), serta melindungi dan menstimulasi perkembangan syaraf.

Menariknya, meski peran tersebut bersifat protagonis, justru kelebihan estrogen membawa pengaruh buruk bagi mood wanita. Para ahli pun dibuat angkat tangan, dan hanya bisa berkomentar, bahwa estrogen membawa pengaruh yang bervariasi bagi kaum Hawa tergantung dari seberapa rentan wanita tersebut terhadap fluktuasi hormon.

Serupa tapi tak sama, adalah pre-menstrual dyphoric disorder (PMDD). Meski boleh dikatakan sebagai bentuk parah PMS, insidensi PMDD jauh lebih rendah, hanya mengintai 3-9% wanita. Perbedaan yang paling mencolok adalah kelainan mood pada PMDD jauh lebih parah, sementara gejala fisiknya justru sering terselubung. Dalangnya, sekali lagi, mengarah kepada estrogen, meski mekanismenya belum jelas. Asumsi sementara, cara estrogen berkomunikasi dengan bagian-bagian di otaklah yang memicu timbulnya gangguan tersebut.

Nha, melihat keterangan di atas, kita tahu ternyata estrogenlah dalang kemarahan wanita PMS itu (di luar yang memang tabiatnya yah :p ), estrogenlah yang berperan besar dalam mengatur suasana hati wanita. Lantas bisa tak gangguan itu disembuhkan? Mm...sayangnya para ahli sampai saat ini belum bisa menemukan cara ampuh untuk mengontrol hormon tersebut, yakni supaya wanita tidak lagi menjadi sosok yang "misterius." Yang bisa kita lakukan saat ini adalah tindakan untuk meredakannya, antara lain dengan cara lebih banyak mengkonsumsi kalsium. Selama seminggu menjelang haid batasi konsumsi garam dapur, dan biasanya jika kita ke dokter maka akan diresepkan obat penuras kencing (diureticum) dan tablet hormon golongan progesteron. Tapiii...apapun itu resepnya, yang pertama tetap harus kita ambil adalah sikap iman dan takwa. Kalau orang Jawa bilang: "Mbokyo sabaar jeeeng...nyebuuut...nyebuuut...! Istighfaaarr...!" ^_^


Kamis, 18 Agustus 2011

PERINTAH UNTUK BEROBAT

Walaupun jaman semakin maju dan segala keperluan manusia tersedia, tetapi masih saja ada orang yang tidak mau berobat ketika jatuh sakit. Inilah beberapa contoh alasan mereka yang tidak mau berobat:
- Sakitku ini akan menghapus dosa-dosaku dan hal itu menjadi kebaikan untuk dunia dan akheratku.
- Sakit itu sudah tertulis di catatan takdir sehingga tidak ada yang bisa menolaknya. Dan aku pun harus rela dengan takdirku, termasuk dengan kondisi sakitku ini.
- Berobat itu mahal. Ketemu dokternya saja mahal, apalagi bayar obatnya.

Apakah alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan untuk menolak berobat? Kata 'berobat' mempunyai makna melakukan sesuatu (usaha) untuk menyembuhkan penyakit, dan caranya bukan berarti harus menggunakan barang-barang kimia also known as pill. Untuk berobat tidak harus bertemu dokter dan disuruh minum pil, disuntik dan minum obat-obat kimia lainnya. Banyak cara menuju sehat. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam sendiri memberikan tuntunan dengan cara mengobati diri sendiri dan memerintahkan penanganan siapapun yang sakit. Hanya saja beliau tidak memberi petunjuk cara pengobatan dengan menggunakan obat-obat ramuan maupun pharmacy. Para dokter pun sudah sepakat bahwa siapa yang bisa disembuhkan dengan makanan maka dia tidak perlu disembuhkan dengan obat, dan siapa yang bisa disembuhkan dengan obat sederhana maka tidak perlu menggunakan obat yang bermacam-macam. Bahkan para dokter sendiri banyak menyatakan, bahwa ilmu mereka tentang pengobatan hanya sekedar analogi. Ada pula yang mengatakannya sebagai percobaan semata. Jika hal ini dibandingkan dengan wahyu yang diterima para rosul dari Alloh, tentu sangat jauh berbeda. Disana ada obat-obat yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, yang sama sekali diluar pemikiran para dokter.

Lalu bagaimana bimbingan Islam terhadap orang sakit, benarkah tidak dianjurkan untuk berobat? Di dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pernah didatangi beberapa orang badui, seraya bertanya, "Wahai Rosululloh, apakah kami harus berobat?" Beliau menjawab, "Benar wahai hamba-hamba Alloh, berobatlah kalian, karena Alloh tidak menciptakan suatu penyakit melainkan juga menciptakan penyembuhnya, kecuali satu saja." "Apa itu?", mereka bertanya. Beliau menjawab, "Ketuaan."

Dari Jabir bin Abdulloh, dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Setiap penyakit ada obatnya. Jika obatnya sesuai dengan penyakitnya, maka dengan seizin Alloh penyakit itu akan sembuh." (HR Muslim).

Di berbagai hadis shohih lain pun telah disebutkan perintah untuk berobat, dan hal ini tidak bertentangan dengan tawakal, seperti halnya menolak rasa lapar, haus, panas, dingin dan sebagainya dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Alloh telah menetapkan sebab dan akibat. Siapa yang memperhatikan penciptaan hal-hal yang saling berlawanan di alam ini, yang satu melawan yang lain, yang satu menolak yang lain, yang satu bisa bercampur dengan yang lain, tentu dia akan mengetahui kesempurnaan ketentuan dan hikmah Alloh.

Adapun pengobatan yang dilakukan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam terhadap penyakit ada tiga macam: dengan obat-obat alami, dengan penyembuhan Ilahy, dan dengan penggabungan dua cara tersebut bersama-sama.

Di dalam Shohih Al Bukhori disebutkan dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Penyembuhan itu ada tiga macam, minum madu, berbekam dan sundutan api, dan aku melarang umatku sundutan dengan api." Hadis tersebut merupakan isyarat tentang tahapan penyembuhan, yang dimulai dengan meminum obat. Jika obat yang diminum kurang efektif, maka tahapan berikutnya ialah dengan berbekam, dan tahapan yang terakhir adalah dengan sundutan api. Ini merupakan isyarat tentang penggunaan sundutan api diperbolehkan jika cara penyembuhan sebelumnya tidak efektif, agar tidak ada ketergantungan padanya, atau cara ini tidak langsung digunakan sebelum cara-cara lain.

Disebutkan pula di dalam Ash Shohihain, dari hadis Amir bin Sa'd bin Abi Waqqosh, dari ayahnya, dia berkata, "Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang sarapan dengan tujuh buah korma Aliyah (tempat di Madinah), maka pada hari itu dia bisa terhindar dari dampak racun dan sihir."

Dan masih banyak lagi hadis-hadis lain yang menganjurkan kita untuk berobat. Bahkan hakikat tauhid tidak dianggap sempurna kecuali dengan memperhatikan sebab yang telah ditetapkan Alloh dan yang sesuai dengannya. Mengabaikan sebab ini justru bisa dianggap mengotori tawakal itu sendiri.
Wallohu a'lam.


Maroji':
Mukhtashor Zaadul Ma'ad, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah

SUPAYA BISA SOLAT MALAM

Sebagian dari kita mungkin ada yang terbiasa mulai tidur setelah larut malam atau hingga pagi hari. Ada saja alasannya untuk begadang, dari nonton tivi, facebookan, baca novel, chatting, kumpul-kumpul dan sebagainya. Kondisinya yang terjaga tidak menyadarkannya untuk memanfaatkan sepotong waktu yang istimewa, sehingga lewat begitu saja. Sungguh sangat disayangkan. Benarlah kata Al Hasan Al Bashry, "Saya tidak mendapatkan sedikit pun dari ibadah yang lebih berat daripada shalat di tengah malam." Adapun saya menulis catatan tentang sholat malam ini bukan berarti saya seorang ahli tahajjud, tetapi beginilah cara saya mengingatkan diri saya sendiri. Mudah-mudahan Alloh senantiasa menjaga saya dan memperbaiki amalan-amalan saya. Aamiin.

Tentang sholat malam, Alloh Ta'ala berfirman, "Dan pada sebagian malam hari hendaklah engkau sholat malam sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS AL ISRO':79). Dan dalam sebuah hadis Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Laksanakanlah sholat malam, karena sholat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, merupakan qurbah (mendekatkan diri) kepada Robb kalian, merupakan ampunan bagi kesalahan-kesalahan dan pencegah dari dosa." (HR. AT TIRMIDZI). Dan hadis-hadis lain yang membicarakan tentang keutamaan sholat malam sangat banyak.

Selain aktivitas yang melalaikan, tidur pulas juga bisa menjadi penghalang untuk menegakkan sholat malam. Berikut adalah faktor-faktor yang bisa membantu bangun malam, yang saya ambil dari kitab Mukhtashor Minhajul Qoshidin karya Ibnu Qudamah, terbagi menjadi dua, zhahir dan batin.

Faktor-faktor yang zhahir adalah:
1. Jangan terlalu banyak makan. Sebagian ulama berkata, "Hai orang-orang yang menghendaki jalan kepada Alloh, janganlah kalian makan banyak, sehingga minum banyak dan tidur banyak, lalu penyesalan kalian pun banyak."
2. Jangan membebani diri dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat lagi banyak.
3. Jangan meninggalkan kebiasaan tidur siang, karena tidur siang bisa membantu bangun malam.
4. Jangan berselimut.

Adapun faktor-faktor batin yang bisa membantu untuk bangun malam adalah:
1. Membersihkan hati untuk tidak mengganggu sesama orang Muslim, membersihkan hati dari bid'ah dan berpaling dari urusan-urusan keduniaan yang sifatnya hanya pelengkap.
2. Ketakutan di dalam hati karena merasa harapannya akan pupus.
3. Mengetahui keutamaan sholat malam.
4. Yang paling penting adalah kecintaan kepada Alloh dan kekuatan iman, dengan suatu keyakinan bahwa apabila dia sholat malam, berarti dia bermunajat kepada Alloh, merasakan kehadiranNYA, sehingga membuatnya untuk terus-menerus bermunajat kepadaNYA sepanjang sholat malam.

Di dalam Shohih Muslim disebutkan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya pada malam hari itu ada saat yang tidak dilalui orang Muslim yang memohon suatu kebaikan kepada Alloh pada saat itu, melainkan Dia memberikan kebaikan itu kepadanya, dan yang demikian itu berlaku setiap malam."

Adapun begadang dan terjaga pada waktu malam tanpa mendirikan sholat malam adalah tindakan tercela, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah hadis. Disebutkan di dalam Ash Shohihain bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abdulloh bin Amr, "Janganlah engkau seperti Fulan, yang biasa bangun malam namun tidak mendirikan sholat malam."

Mudah-mudahan Alloh memudahkan kita untuk melaksanakan sholat malam dan senantiasa istiqomah di atasnya. Aamiin yaa Mujiibas saailiin...

JIWA MANUSIA

Banyak hal yang tidak aku ketahui dalam kehidupan ini, bahkan teramat sangat banyak sekali banget! Salah satunya adalah jiwa. Ketidakmengertianku soal jiwa semakin memuncak ketika aku harus mengantar seorang teman ke Rumah Sakit Jiwa. Siang dia datang ke rumah dalam kondisi seperti orang bingung, sorenya orang tuanya yang datang ke rumah, memintaku untuk membujuknya ke RSJ. Sejak masih berada di dalam rumahnya, dalam perjalanan, hingga tiba di RSJ, dia terus menangis, berteriak-teriak, mondar-mandir, gelisah dan memukul-mukul tubuhnya, bahkan sesekali memukul tubuhku jika aku tidak memberikan perhatian lebih terhadapnya. Ironisnya, yang dia teriakkan saat itu adalah kalimat istighfar dan nama Alloh. Alisku dibuatnya terus berkerut, menahan kebingungan yang semakin menjadi. Demikian juga saudaranya yang menemaniku mengantarkan ke rumah sakit, bukan lagi bingung, tapi mulai menunjukkan kekesalannya, "Ada apa sih?! Orang tidak ada apa-apa kok?! Udah diam! Malu tau!" Subhanalloh.

Sebenarnya apa sih jiwa itu? Mengapa dia bisa menyebabkan seseorang merasa bahagia tetapi bisa juga menyebabkan seseorang sangat menderita, padahal fisik mereka sama-sama utuh? Ada apa sebenarnya dengan jiwa? Inilah sedikit tulisan yang aku peroleh dari beberapa referensi Islam.

Ternyata keberadaan jiwa dalam diri manusia itu telah diakui oleh ilmu pengetahuan di dunia ini. Diakuinya adanya jiwa dalam diri manusia, maka ilmu pengetahuan menyediakan cabang ilmu khusus yang dikenal dengan ilmu jiwa atau psikologi. Yang menjadi persoalan adalah apakah jiwa itu substansi, yang merupakan unsur asal, hakikat dari yang ada yang berdiri sendiri, ataukah ia hanya merupakan fungsi atau aktivitas fisiologis semata?

Ilmu pengetahuan tidak akan mampu mengungkap hakikat rahasia jiwa. Hal itu terjadi karena wilayah kerja obyek ilmu pengetahuan hanya dibatasi pada sesuatu yang bersifat materi, bisa diindera, dan dieksperimen. Sedangkan jiwa adalah hal yang bersifat immaterial. Wilhelm Wund (1832-1920), pakar ahli jiwa, pernah mencoba meneliti hakikat jiwa di laboratorium Universitas Liepzig, namun tidak bisa membuktikannya. Ia hanya bisa menemukan gejala jiwa berupa perilaku, behavior manusia, yang merupakan ekspresi dari jiwa itu.

Jika dikatakan pada seseorang, "Fulan itu bagus penciptaannya dan bagus pula akhlaknya," maka yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah bagus zhahir dan batinnya. Karena memang manusia terangkai dari raga dan jiwa. Raga bisa mengetahui dengan penglihatan mata, sedangkan jiwa bisa mengetahui dengan bashiroh (mata hati). Masing-masing memiliki bentuk dan gambaran sendiri-sendiri, bisa baik dan bisa buruk. Jiwa yang bisa mengetahui dengan mata hati, lebih besar kedudukannya daripada jasad yang bisa mengetahui dengan penglihatan mata. Karena itu Alloh mengagungkan urusannya, dengan firman, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." (QS SHOOD:71-72).

Alloh mengingatkan bahwa jasad itu dikaitkan dengan tanah, sedangkan ruh (jiwa) dikaitkan dengan Alloh. Akhlak merupakan ungkapan tentang kondisi jiwa, yang begitu mudah bisa menghasilkan perbuatan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jika perbuatan itu baik, maka disebut akhlak yang baik, dan jika buruk disebut akhlak yang buruk.

Perumpamaan pengobatan jiwa itu seperti pengobatan badan. Sebagaimana badan yang tidak diciptakan dalam keadaan sempurna, yang bisa dibuat sempurna dengan latihan dan makanan, begitu pula jiwa yang diciptakan dalam keadaan kurang, namun bisa dibuat sempurna, yaitu dengan pensucian dan membimbing akhlak serta menyuapinya dengan ilmu. Sebagaimana badan yang sehat, maka dokter tinggal menganjurkan untuk menjaga kesehatan itu. Jika badan sakit, maka ia akan berusaha menyempurnakannya. Begitu pula jiwa yang suci, bersih dan baik akhlaknya, maka keadaan ini harus tetap dijaga dan semakin diperkuat. Jika jauh dari gambaran kesempurnaan, maka ia harus diusahakan untuk disempurnakan.

Bila kita melihat kondisi masa kini, ternyata kecemasan jiwa selalu menempati posisi puncak di antara beberapa penyakit masa kini. Alquran dan assunnah telah mencakup kaidah-kaidah berharga bagi orang yang mengikuti dan menerapkannya agar tidak mengalami kecemasan jiwa seperti yang dialami sebagian besar masyarakat saat ini. Yang sangat diperlukan orang yang melatih jiwanya sendiri adalah kekuatan hasrat. Selagi hasratnya maju mundur tentu dia tidak akan berhasil, maka bersabarlah pada saat merasa hasrat melemah. Apabila iman telah meresap dalam hati, tentu akan menghidupkan hati yang mati dan membangkitkan ketentraman serta ketenangan.

Selanjutnya? Firman Alloh,"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS AL ISRO':85)

Berbagai sumber

KETIKA AIR MATA DARAH MENITIK

Pria itu menyusuri jalan sambil mengucurkan air mata, tak jelas mau kemana kakinya melangkah. Yang ada dipikirannya hanya kebingungan, bahkan frustasi, mau mencari nafkah kemana lagi. Mentok. Semua jalan terasa buntu. Bahkan dia sudah tak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Tak terasa kakinya sudah jauh melangkah, menuju rel kereta api. Seketika muncul pikiran hendak bunuh diri di atas rel tersebut. Tapi alhamdulillah tiba-tiba dia teringat anak-istrinya, bagaimana kelak nasib anak-istrinya apabila dia meninggal saat itu? Siapa yang akan memberi makan mereka? Siapa yang akan melindungi mereka? Niat bunuh diri akhirnya diurungkannya.

Beberapa hari kemudian sejak kejadian itu, dia mendapatkan sebuah pekerjaan. Yah kecil memang penghasilannya, setara buruh, tapi lumayan lah bisa untuk memberi makan anak-istri. Seiring berjalannya waktu, akhirnya dia mendapatkan kursi empuk dalam usahanya itu. Boss. Kerjanya cukup duduk sambil pegang HP, mengirimkan berton-ton kecap (merk paling top se-Indonesia) tanpa harus capek. Pendapatannya minimal Rp 25 juta per bulan, sekitar tahun 2004.

Demikianlah cerita salah seorang teman dalam mengisahkan perjalanan hidup kakak iparnya sekitar 7 tahun yang lalu. Sudah lama memang kisah tersebut, tapi hari ini tiba-tiba saya teringat kembali ^_^

Manusia, makhluk yang tercipta sepaket dengan berbagai masalah dan keluh kesah. Dari bencana alam, penyakit, kekurangan harta, jodoh, anak-cucu, cacat fisik, dan sebagainya, semua bisa menjadi sumber masalah bagi manusia. Ada saatnya masalah atau musibah tersebut terasa ringan, ada saatnya terasa sedang-sedang saja, tapi ada saatnya terasa berat dan bahkan menghimpit dada. Jika sudah pada tingkat terasa sangat berat, maka yang ada hanyalah perasaan "akulah manusia paling menderita di dunia". Bagi orang-orang tertentu hal ini menyebabkan rasa frustasi dan putus asa, semua jalan terasa buntu. Bagi yang lain akan meningkatkan keimanan, tawakal dan kepasrahan yang makin kuat. Seberapapun beratnya masalah, semua tergantung dari cara kita menyikapinya.

Rezeki, ajal, amalan, serta sengsara dan bahagianya seseorang sudah ditentukan oleh Alloh, itulah ketetapan Alloh, takdir. Kita harus mengimani bahwa segala apa yang Alloh kehendaki pasti terjadi. Dan semua yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi. Sesungguhnya apa pun yang terjadi, baik di langit atau di bumi dari gerakan dan kediaman, semua adalah dengan kehendak Alloh.

Walaupun semua sudah ditakdirkan, bukan berarti kita diam dan menyerah pada keadaan, justru Rosululloh mengajarkan kita untuk bersemangat dalam beramal, "Beramallah kalian, karena semua akan dimudahkan sesuai dengan yang dia telah diciptakan untuknya (takdirnya)." HR. BUKHORI-MUSLIM.

Sungguh dalam gelap gulitanya waktu malam, dekat sekali dengan terbitnya fajar. Musibah yang menimpa seorang muslim, selalu membawa pada rahmat yang banyak. Rahmat ini terkadang tidak diketahui oleh sebagian orang, hanya orang-orang tertentu atau yang pandai saja yang mengetahuinya.

"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (QS AL INSYIROH:5)

Maksud ayat di atas adalah bahwa kemudahan datang bersama dengan kesulitan dan bukan setelahnya, karena setiap kesulitan dan musibah selalu membawa kemudahan. Percayalah, tidak ada kondisi kritis tanpa ada kemudahan. Sungguh rahmat yang Alloh berikan kepada kita sangatlah besar, setiap Alloh menurunkan bencana maka selalu disertai keleluasaan. Hal itu terdapat dalam kalamulloh, maka kita harus yakin dan sabar dalam menjalaninya.

"Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama dengan kesabaran, keleluasaan itu bersama dengan adanya kegelisahan, dan sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (HR AT TIRMIDZI)

Dan ketahuilah, musibah bagi seorang muslim merupakan penyuci dari dosa dan kesalahan-kesalahannya. Berawal dari hal itu maka kita wajib bersyukur kepada Alloh, dengan optimis bahwa dengan izin Alloh kita akan baik-baik saja.

"Segala sesuatu yang menimpa seorang mukmin, hingga itu hanya berupa duri yang mengenainya, maka Alloh akan menuliskan dengan musibah itu berupa satu kebaikan baginya, atau Alloh akan menghapuskan dengan musibah itu satu kesalahannya." (HR BUKHORI-MUSLIM)

Bersyukurlah atas segala apa yang ditetapkan kepada kita, tetaplah optimis bahwa fajar pasti akan datang juga, bersamaan dengan gelapnya malam yang sedang kita lalui. Bangkitlah, kerjakan apa saja yang bermanfaat bagimu dan jangan merasa lemah!

Nasehat ini saya tujukan terutama untuk diri saya sendiri, dan juga kepada teman-teman yang sedang berada di ambang "putus asa". Juga saya persembahkan untuk orang-orang yang saya cintai, yang telah bersabar mendampingiku menjalani hari-hari, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Jazaakunnallohu khoiron.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 13 Agustus 2011

JANGAN KATAKAN HAL BERIKUT

Terkadang kita tidak habis pikir dengan sesuatu yang kita hindari tetapi justru menimpa kita, akhirnya kita kesal, bahkan ada diantara kita yang akhirnya mencela Alloh dan takdirNYA. Juga ketika kita mendapati banyak hal pada zaman ini yang tidak kita sukai, seketika meluncur kalimat yang mencela zaman, "Emang zaman edan!" Atau saat kita secara tiba-tiba tersandung batu, tertimpa sesuatu maupun terkena musibah lainnya, bahkan saat kita merasa berpikiran buruk, terkadang secara spontan lesan pun mengucap kalimat yang mencaci syetan.

Takdir memang kejam!
Zaman edan!
Zaman udah bobrok!
Alloh tidak adil!
Alloh jahat!
Setan keparat!
Terkutuklah setan!
Dan kalimat lain yang serupa dengannya, semua itu tidaklah pantas kita ucapkan.

Mencaci Alloh Ta'ala adalah perbuatan haram yang merupakan kekufuran, dan ini adalah ijma' di kalangan ulama. Mencaci Alloh berarti merendahkan Alloh. Jadi setiap yang merendahkan Alloh baik dengan ucapan, perbuatan atau kalbunya adalah perbuatan dosa. Karena, iman itu adalah beriman kepada Alloh dengan sifat-sifatNYA yang sempurna dan rububiyahNYA yang sempurna (bahwa Alloh berkuasa, mencipta, memberi rizki, mengatur dsb).

Diantara perkataan lainnya yang dilarang ialah memperuntukkan celaan kepada sesuatu yang tidak layak menerimanya, seperti mencela takdir dan zaman (waktu). Dalam hal ini Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Alloh Azza wa Jalla berfirman, 'Anak Adam menyakiti Aku, karena ia mencaci zaman. Aku adalah zaman, di TanganKU segala urusan, Aku membalik malam dan siang'." (HR. AL BUKHORI dan MUSLIM)

Di dalam salah satu kitabnya, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah menjelaskan, dalam ucapan yang dilarang terkandung tiga macam keburukan:
-zaman adalah ciptaan Alloh yang ditundukkan dan patuh kepadaNYA. Orang yang mencaci zaman lebih layak dicaci daripada cacian terhadap zaman tsb.
-caciannya mengandung syirik, karena dia mencaci zaman dengan anggapan bahwa zaman itu bisa memberi manfaat dan mudhorot.
-Penguasa zaman adalah yang berhak memberi dan menahan, merendahkan dan meninggikan. Zaman tidak mempunyai kuasa apa pun. Maka caciannya terhadap zaman sama dengan mencaci Alloh, dan yang demikian ini menyakiti Alloh.

Lalu apa yang salah dengan mencaci syetan, bukankah syetan memang layak untuk dicaci? Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan, 'Celakalah syetan.' Karena dengan begitu ia bisa membesar hingga menjadi sebesar rumah, lalu syetan berkata, 'Dengan kekuatanku aku bisa mengalahkannya.' Tetapi hendaklah ia mengucapkan, 'Dengan nama Alloh.' Karena dengan begitu ia mengecil hingga menjadi seperti seekor lalat." (HR. ABU DAUD dan AHMAD). Dalam hadis lain disebutkan, "Sesungguhnya jika hamba melaknat syetan, maka syetan berkata, 'Sesungguhnya engkau benar-benar melaknat orang yang memang layak untuk dilaknat'." Dengan mencaci syetan berarti kita telah membuat syetan senang, besar kepala, semakin semena-mena serta sama sekali tidak memberikan manfaat kepada kita yang mengatakannya. Demikianlah, jika manusia merasa marah dan benci terhadap cacian, maka sebaliknya dengan syetan, syetan semakin dicaci justru semakin suka dan membesar. Syetan yang memang pada asalnya sudah sombong, janganlah kita tambah lagi kesombongannya dengan mengumpat dan mencacinya. Bukankah syetan adalah musuh yang sebenar-benarnya bagi kita? Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan, bahwa jika kita mendapatkan bisikan syetan, hendaklah kita mengingat Alloh, menyebut namaNYA, dan berlindung kepadaNYA dari godaan syetan. Tentu hal demikian lebih bermanfaat bagi kita dan dibenci syetan.

Sebagai seorang muslim seharusnya kita mengoreksi diri, apakah kita telah mensyukuri nikmat-nikmat Alloh Ta'ala yang tidak terhitung banyaknya, dan bukan malah mengoreksi Alloh Ta'ala. Seharusnya kita malu dan takut kepada Alloh karena kita masih kurang dalam memuji dan mengagungkanNYA, dibandingkan dengan nikmat yang telah dianugerahkanNYA kepada kita. Setiap hukum yang Alloh tetapkan, baik berupa hukum syariat maupun kejadian-kejadian yang ditakdirkan, adalah selalu disertai suatu hikmah sempurna yang menunjukkan kebijaksanaan Alloh. Alloh berfirman, "Tidak dipertanyakan apa yang Alloh perbuat, sedangkan hamba-hamba akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan mereka." (QS AL ANBIYA:23).

Oleh karena itu, sejak sekarang mari kita berhati-hati dalam berucap, apalagi dalam mencaci segala sesuatu. Jangan sampai kita menjadi hamba yang merugi dan dijauhkan dari rahmat Alloh hanya karena ucapan kita yang buruk. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya ada seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan murka Alloh, diucapkan tanpa kontrol akan tetapi menjerumuskannya ke neraka." (HR. AL BUKHORI). Adapun bagi kita yang pernah melakukannya, hendaklah bersegera untuk bertaubat dan mengharap ampunanNYA. Firman Alloh Ta'ala, "Katakan (wahai Nabi): 'Wahai hamba-hamba Alloh yang telah berlebih-lebihan melakukan dosa yang berakibat kepada dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengampuni seluruh dosa (bagi yang bertaubat)'." (QS AZ ZUMAR:53).
Wallohu a'lam.

Sabtu, 06 Agustus 2011

INILAH YANG TERBAIK BAGIKU

Seperti kita ketahui bersama, kebanyakan manusia menyukai kenikmatan dan membenci penderitaan. Jika diberi hal-hal yang menyenangkan jiwa kita bergembira dan jika diberi kesusahan kebanyakan kita mengeluh.Padahal kenikmatan dan penderitaan disini hanya menurut anggapan kita saja, pandangan kebanyakan manusia. Adapun hakekatnya maka hanya Alloh Ta'ala Yang Maha Tahu. Jika sudah demikian, pantaskah kita merasa lebih tahu dan lebih berhak menentukan pilihan di atas ketetapan Alloh? Masihkah kita ingin agar apa yang kita sukai lebih tinggi dari apa yang Alloh sukai? Dan masihkah kita ingin apa yang kita kehendaki lebih tinggi dari apa yang Alloh kehendaki? Untuk itu mari kita simak bersama sebuah kisah yang saya ambil dari Mukhtashor Minhajul Qoshidin karya Al Imam Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrohman bin Qudamah Al Maqdisy. Mudah-mudahan dengan membacanya kita bisa mengambil banyak faidah yang terdapat di dalamnya. Selamat menyimak.

Sa'id bin Al Musayyab berkata, "Luqman berkata kepada anaknya, 'Wahai anakku, jika ada sesuatu yang menimpamu, entah engkau sukai atau engkau benci, maka katakanlah di dalam hatimu bahwa itu adalah yang terbaik bagimu'."
Anak Luqman berkata, "Yang seperti ini belum bisa kucerna sebelum aku bisa mengetahui apa yang ayah katakan itu memang benar seperti itu."
"Wahai anakku, sesungguhnya Alloh telah mengutus seorang nabi. Maka marilah kita menemuinya. Karena dia akan menjelaskan apa yang kukatakan kepadamu."
"Kalau begitu bawa aku untuk menemuinya," kata anak Luqman.

Setelah mempersiapkan bekal yang mencukupi, Luqman dan anaknya berangkat sambil menunggang keledainya masing-masing. Mereka berdua menempuh perjalanan yang cukup jauh hingga berhari-hari. Mereka mengarungi padang pasir yang luas membentang dan terus melanjutkan perjalanan. Ketika tiba tengah hari, panas matahari membakar ubun-ubun, air dan bekal sudah habis, keledai yang ditunggangi juga sudah melemah, mereka pun turun dari punggung keledai lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tatkala keadaan mereka seperti itu, tiba-tiba Luqman melihat bayang-bayang hitam di hadapannya dan asap yang mengepul. Dia berkata di dalam hati, "Bayang-bayang hitam adalah pepohonan dan asap yang mengepul adalah daerah perkampungan."

Selagi keadaan mereka berdua benar-benar sudah payah dan letih, tiba-tiba anak Luqman menginjak sepotong tulang yang tergeletak di atas tanah, hingga menembus telapak kakinya dan ujungnya mencuat ke atas. Seketika itu pula anak Luqman tersungkur ke atas tanah, pingsan. Luqman yang melihat anaknya tersungkur, langsung memeluknya, mencabut tulang yang menancap di telapak kaki anaknya dengan menggunakan giginya, menyobek kain tutup kepalanya dan membalutkannya ke telapak kaki anaknya. Dia memandangi wajah anaknya sambil menangis dan air matanya mengenai pipi anaknya, sehingga membuatnya sadar kembali. Anaknya melihat ayahnya sedang menangis, lalu dia berkata, "Wahai ayah, ayah menangis dan ayah pula yang berkata, 'Yang demikian inilah yang terbaik bagiku'. Lalu bagaimana dengan ucapan itu sementara ayah sendiri menangis? Sementara makanan dan minuman kita sudah habis. Tinggal saya dan ayah di tempat ini."
Luqman berkata, "Tentang tangisku ini wahai anakku, maka aku ingin menebus dirimu dengan seluruh bagianku di dunia ini. Bagaimana juga aku adalah seorang ayah yang memiliki rasa sayang sebagai ayah. Tentang perkataanmu, 'Bagaimana mungkin hal ini merupakan yang terbaik bagiku?', boleh jadi yang dipalingkan darimu lebih besar dari musibah yang menimpamu, dan boleh jadi apa yang menimpamu lebih ringan dari apa yang dipalingkan darimu."
Selagi keduanya sedang berbincang, tiba-tiba Luqman memandang ke arah depan. Bayangan hitam dan kepulan asap yang dilihatnya tadi tidak tampak lagi. Dia berkata di dalam hati, 'Aku tidak melihat sesuatu pun." Lalu dia berkata lagi, "Tidak, aku telah melihat. Boleh jadi Allohlah yang telah menciptakan apa yang telah kulihat tadi."

Saat sedang berpikir, tiba-tiba dia melihat seorang yang menunggang seekor kuda yang amat gagah, mengenakan pakaian serba putih. Orang yang datang tersebut muncul secara seketika. Sebelumnya Luqman tidak melihat bayangan kehadirannya, namun secara tiba-tiba saja orang itu sudah ada di hadapannya. Orang yang berpakaian serba putih tersebut mundur sedikit lalu bertanya, "Bukankah engkau Luqman?"
"Benar," jawab Luqman.
"Apa yang dikatakan anakmu yang bodoh itu?"
"Wahai hamba Alloh, siapakah engkau ini? Aku tidak pernah mendengar suaramu dan tidak melihat wajahmu."
"Aku adalah Jibril. Tidak ada yang bisa melihatku kecuali malaikat yang mendekatkan diri kepada Alloh atau nabi yang diutus. Sekalipun begitu, engkau masih bisa melihatku. Lalu apa yang dikatakan anakmu yang bodoh itu kepadamu?"
Luqman balik bertanya, "Apakah engkau tidak mengetahuinya?"
Jibril menjawab, "Aku tidak tahu sedikitpun urusan kalian berdua. Hanya saja aku akan melindungi kalian berdua saat orang-orang datang kepadaku. Robbku telah memerintahkanku untuk menjungkirbalikkan kota itu seisinya. Sementara orang-orang mengabarkan bahwa kalian hendak datang ke kota itu. Lalu aku berdoa kepada Robbku agar Dia menahan kalian menurut kehendakNYA, agar aku bisa menyusul kalian.Maka Dia menahan kalian hingga aku dapat menyusul kesini, dengan musibah yang menimpa anakmu. Kalau tidak ada musibah ini, tentu kalian sudah lumat bersama lumatnya kota yang kalian tuju."

Kemudian Jibril mengusapkan tangannya ke kaki anak Luqman, dan seketika itu pula sembuh sehingga dia bisa berdiri tegak seperti sedia kala. Jibril juga mengusapkan tangannya ke kantong makanan yang sudah kosong, sehingga terisi lagi makanan, mengusapkan tangan ke kantong air yang sudah kosong, sehingga terisi air lagi. Keledai mereka juga diusap hingga menjadi kuat. Setelah Luqman dan anaknya naik ke atas punggung keledai masing-masing, keledai itu melesat seperti burung, hingga tiba kembali di rumah yang telah mereka tinggalkan berhari-hari.

Selasa, 02 Agustus 2011

BAGAIMANA SEHARUSNYA KITA MEMANDANG MUSIBAH?

Manusia terbagi menjadi beberapa kelompok dalam memandang musibah. Ada yang memandang musibah sebagai akhir segalanya. Ada pula yang memandang ringan musibah bahkan meminta musibah ditimpakan kepadanya. Ada pula yang berdiri diantara keduanya. Lantas bagaimana kita seharusnya memandang musibah menurut kacamata syari'at?

Kita harus yakin bahwa Alloh menciptakan musibah beserta nikmatnya. Kita bisa berduka karena memandang dari suatu sisi, adapun di sisi yang lain kita justru bergembira. Oleh karena itu kita wajib menghimpun sabar dan syukur dalam menghadapi keadaan yang tidak disebut sebagai musibah secara mutlak dan tidak disebut sebagai nikmat secara mutlak.

Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrohman bin Qudamah Al Maqdisy dalam kitabnya Minhajul Qoshidin memaparkan, bahwa ada lima perkara yang harus dihadapi dengan gembira oleh orang yang berakal dan sekaligus disyukurinya berkaitan dengan musibah, yaitu:
1. Setiap musibah atau sakit yang menimpa harus digambarkan bahwa musibah atau sakitnya itu masih bisa lebih parah sesuai kehendak Alloh. Maka hendaklah bersyukur selagi apa yang dialaminya tidak lebih parah.
2. Musibah itu bukan dalam masalah agamanya. Umar bin Al Khoththob rodhiyallohu 'anhu berkata, "Tidaklah aku ditimpa suatu musibah melainkan Alloh mempunyai hak atas diriku untuk melakukan empat hal: selagi musibah itu tidak dalam agamaku, selagi musibah itu tidak yang terbesar, selagi tidak menghalangiku untuk ridho kepadaNYA dan selagi aku mengharapkan pahala dariNYA."
3. Tidak ada hukuman melainkan digambarkan agar ditangguhkan hingga akherat. Siapa yang hukumannya disegerakan di dunia, maka di akherat dia tidak lagi dihukum.
4. Musibah itu tertulis di Ummul-Kitab, jadi tidak ada yang mampu menghalanginya. Barangsiapa tabah, maka itu merupakan nikmat.
5. Pahala karena musibah itu lebih besar. Sebab berbagai musibah di dunia merupakan jalan ke akherat. Besok hamba akan bersyukur setelah melihat pahala dari musibah yang menimpanya. Musibah adalah didikan Alloh dan kasih sayangNYA kepada hamba, kasih sayang yang lebih sempurna dan lebih komplit daripada kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Dalam sebuah hadits Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda, "Alloh tidak menetapkan suatu qodho bagi orang mukmin, melainkan itu merupakan kebaikan baginya." (HR Ahmad).

Begitu besar hikmah dibalik musibah. Lalu apakah kita harus memohon musibah kepada Alloh Ta'ala untuk mendapatkan hikmah-hikmah tersebut? Tentu tidak demikian. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam telah membimbing kita dalam perkara ini.

Dalam hadits dari riwayat Anas disebutkan bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam bertanya kepadanya, "Apakah engkau pernah berdoa dengan sesuatu atau memohonnya?"
"Ya," jawab Anas, "Aku berkata: ya Alloh, kalau memang Engkau hendak menghukumku di akherat, maka segerakanlah hukuman itu bagiku di dunia."
Lalu Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda, "Subhanalloh, engkau tidak akan kuat menanggungnya dan tidak sanggup. Mengapa tidak engkau katakan: ya Alloh, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat serta lindungilah kami dari siksa neraka?" (HR Muslim dan yang lain).

Juga dari hadits Anas rodhiyallohu anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata, "Wahai Nabi Alloh, apakah doa yang paling utama itu?"
Beliau menjawab, "Mohonlah ampunan dan afiat kepada Alloh, di dunia dan di akherat."
Besoknya orang itu datang lagi dan berkata, "Wahai Rosululloh, apakah doa yang paling utama itu?"
Beliau menjawab, "Mohonlah ampunan dan afiat kepada Alloh, di dunia dan di akherat."
Besoknya orang itu datang lagi ketiga kalinya dan berkata, "Wahai Rosululloh, apakah doa yang paling utama itu?"
Beliau menjawab, "Mohonlah ampunan dan afiat kepada Alloh, di dunia dan di akherat. Jika engkau diberi ampunan dan afiat di dunia dan di akherat, maka engkau telah beruntung." (HR At Tirmidzi dan yang lain).

Di dalam Ash Shohihain disebutkan bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda, "Berlindunglah kalian kepada Alloh dari musibah yang berat, kemalangan yang berturut-turut, qodho yang buruk dan kegembiraan musuh." (HR Bukhori dan Muslim).

Muthorrif berkata, "Aku lebih suka diberi afiat lalu bersyukur daripada ditimpa musibah lalu bersabar."

Hendaklah kita bersikap pertengahan dalam menghadapi musibah, tidak murung terus-menerus, tidak pula minta ditimpakan musibah. Dan setiap orang yang mampu mengenyahkan musibah, maka tidak diperintahkan sabar menghadapinya. Misalnya, orang yang menderita kehausan karena sengaja tidak mau minum. Orang seperti ini bukan disuruh sabar tetapi diperintahkan untuk minum supaya tidak menderita kehausan lagi. Sabar berlaku tatkala menghadapi penderitaan yang tidak mampu dienyahkan seseorang. Jadi, sabar di dunia kembali kepada sesuatu yang tidak mutlak merupakan musibah. Bahkan bisa saja berupa nikmat. Maka yang terbaik adalah memadukan antara sabar dengan syukur dalam menghadapi sesuatu.

Wallohu a'lam.

KALIMAT APAKAH INI?

Ya Robbi, lebih baik aku masuk neraka dengan ridhoMU daripada masuk surga tanpa ridhoMU.

Ya Alloh, biarlah aku miskin, susah, sengsara, serta mengalami segala kehinaan dan kesempitan di dunia ini asal Engkau ridho kepadaku.

Wahai Kekasihku, timpakan kepadaku hukumanMU jika hal itu akan membuatMU ridho.

Wahai Robb, sesungguhnya aku takut terhadap adzabMU di akherat, maka jika Engkau hendak mengadzabku, adzablah aku di dunia saja.
Dst.

Wah betapa indahnya ucapan itu. Oh betapa cintanya sang hamba terhadap Kekasihnya. Betapa tingginya derajat orang-orang yang demikian di sisi Alloh. Itulah bentuk kesempurnaan iman seorang hamba terhadap Robbnya. Oh...betapa...
Dst.

Subhanalloh!
Betapa banyak orang yang melantunkan syair dan doa-doa demikian pada zaman ini. Padahal jelas-jelas kita diperintahkan berdoa untuk meminta surga dan berlindung dari neraka. Kita juga diperintahkan berlindung dari segala kesusahan hidup di dunia dan akherat. Al quran dan al hadis telah menyebutkan banyak sekali doa-doa untuk meminta kebahagiaan dunia dan akherat. Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam saja melakukan demikian, maka pantaskah sebagai manusia biasa kita menyombongkan diri menantang adzabNYA?

Perbuatan dan kalimat tersebut, adakah contohnya dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, padahal beliau adalah seutama-utama manusia, yang kecintaannya terhadap Alloh tiada tandingannya? Siapa yang meragukan kesempurnaan penghambaan Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam terhadap Robbnya?

Sebatas ucapan-ucapan mereka itukah Kuasa Alloh? Sesempit itukah rahmat Alloh? Benarkah bahwa kita berhak menentukan pilihan untuk Alloh? Alloh tidak bisa berbuat lebih dari apa yang mereka katakan?
Nas alulloha as salaamah wal 'aafiyah.

Sungguh hanya Alloh semata yang mempunyai hak mencipta dan menentukan pilihan, sebagaimana firmanNYA, "Dan, Robbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Alloh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." (AL QOSHOSH:68). Sebagaimana Alloh yang menciptakan mereka, maka Dia pula yang menentukan pilihan bagi mereka. Pilihan ini kembali kepada hikmah Alloh dan pengetahuanNYA tentang siapa yang layak mendapatkan pilihan itu, bukan karena terpengaruh oleh usulan dan pilihan mereka. Walaupun harus diembel-embeli kata ridho.

Kepedihan api neraka tak ada yang sanggup menanggungnya walau sekejap mata. Kesengsaraan di dunia dengan segala kehinaan dan kesempitannya adakah yang sanggup menanggungnya sepanjang hidupnya di dunia? Hukuman Alloh apakah sama seperti hukuman seorang guru terhadap muridnya? Mampukah kita menanggung adzab Alloh tanpa pertolonganNYA? Coba lihat diri-diri kita saat ini, di saat ujian yang Alloh berikan kepada kita masih sangat-sangat ringan. Beras habis mengeluh, belum dikaruniai keturunan protes, belum datang jodoh mencela Alloh, dihina teman tidak rela, dan sebagainya. Bandingkanlah dengan ucapan-ucapan di atas, pikirkan, sanggupkah kita?

Tidak terhitung banyaknya karunia, kebaikan, belas kasih, dan pemberian Alloh kepada hambaNYA. Dan Alloh Maha Kuasa atas apa yang Dia kehendaki. Dari Anas rodhiyallohu 'anhu, ia berkata: Saya telah mendengar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Alloh Ta'ala berfirman: "Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepadaKU, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepadaKU, niscaya Aku beri ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula." (HR TIRMIDZI). Adakah engkau mempunyai pilihan lain selain pilihan Alloh tersebut?

Apakah engkau berpikir bahwa orang-orang yang dikaruniai dunia pasti kelak mereka menderita di akherat? Apakah untuk mendapatkan akherat maka selamanya harus menderita di dunia? Belum sampaikah hadis Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam kepadamu tentang dipertunjukkannya umat-umat kepada beliau? Bahwa akan dipertunjukkan pada beliau umat dalam jumlah besar, dan bersama mereka ada 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak meminta dikay, tidak melakukan tathoyur dan mereka bertawakal kepada Alloh (HR BUKHORI-MUSLIM). Perhatikan, Alloh Mampu memasukkan hambaNYA ke surga tanpa hisab dan adzab, dan perhatikanlah syaratnya, bukan harus menderita di dunia bukan? Mudah-mudahan kita masuk di dalamnya. Aamiin. Adapun jika tidak, kita masih diberi kesempatan untuk diringankan. Yang harus kita lakukan adalah menjalankan sebab-sebabnya dan berdoa.

Berdoalah untuk kebaikan dunia akherat dengan berkeinginan kuat dalam memohon, karena sesungguhnya Alloh tiada sesuatupun yang memaksaNYA untuk berbuat sesuatu. Dan jangan ucapkan "Jika Engkau menghendaki/ridho." Ucapan ini menunjukkan seakan-akan Alloh merasa keberatan dengan permintaan hambaNYA atau merasa terpaksa untuk memenuhi permohonan hambaNYA. Maha Suci Alloh!

Alloh Maha Kaya, Maha Pengampun, Maha Luas karuniaNYA, dan Maha Kuasa, maka janganlah berputus asa, karena sesungguhnya kita masuk surga pun bukan karena banyaknya amalan kita, tetapi lebih karena rahmat Alloh Ta'ala. Firman Alloh dalam Al qur'an, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Robbnya, kecuali orang-orang yang sesat." (AL HIJR:56).

Sekali lagi, hendaklah kita jangan merasa aman dari adzab Alloh, "Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Alloh? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Alloh kecuali orang-orang yang merugi." (AL A'ROF:99).

Wallohu a'lam.

Senin, 01 Agustus 2011

MAKANAN DAN KEPRIBADIAN

Makanan di dalam Islam adalah hal yang sangat prinsip. Kita bisa menemukan banyak ayat di dalam Alquran yang berkenaan dengan makanan (serta minuman tentunya). Alquran menekankan dua sifat makanan yang dapat dikonsumsi yaitu boleh (halal) dan baik (thoyib). Bahkan di dalam beberapa ayat dinyatakan bahwa makanan tidak hanya berfungsi untuk menjaga kesehatan fisik saja tetapi juga berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian seseorang. Orang yang suka mengkonsumsi makanan haram dan kotor biasanya akan bertabiat kasar, keras, suka menyakiti dan mengganggu orang lain serta cenderung sukar menerima kebenaran. Hal tersebut berlaku bagi cara mendapatkannya maupun jenis makanannya.
"Katakanlah, 'Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Alloh. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS AL AN'AM:145)

Mungkin ada di antara pembaca yang pernah mencermati perilaku dan kepribadian seseorang dari makanannya, seperti sikap dan emosinya. Jika dicermati, maka kita akan bisa memahami keberadaan hubungan tersebut dan bisa menemukan perbedaan satu dengan lainnya, walaupun semuanya dalam katagori sama-sama makanan halal dan baik. Orang yang selalu (suka) makan daging misalnya, akan berbeda dengan orang yang selalu (suka) makan buah dan sayuran. Hal ini pun berlaku untuk berbagai jenis dan rasa makanan yang lain. Jadi dugaan kita selama ini bahwa penentu kepribadian seseorang adalah DNA, latar belakang pendidikan dan pengasuhan semata tidaklah 100% benar.

Ahli psikologi menemukan bahwa ada hal lain yang memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian kita. Para ahli menamainya profil zat kimia otak, yaitu suatu susunan zat kimia unik dari otak yang menentukan siapa kita dan mengapa kita bertindak seperti yang kita lakukan. Begitu menurut Michael Lesser, M.D., dalam bukunya The Brain Chemistry Plan.

Para ahli meminta ratusan orang untuk mengisi daftar pertanyaan dan menemukan kebanyakan dari mereka termasuk satu dari empat kelompok kepribadian. Sesudah itu darah mereka diperiksa untuk mengukur berbagai zat kimia otak. Menurut Dr Lesser, para ahli menemukan, sifat-sifat kepribadian tertentu secara konsisten cocok dengan kadar zat-zat kimia tertentu di dalam otak orang tersebut. Riset baru juga menemukan, apa yang kita makan berpengaruh hebat pada kadar zat kimia tersebut. Menurut Dr Lesser, masing-masing profil zat kimia otak memerlukan nutrisi unik tersendiri. Kita akan merasa menjadi diri kita yang terbaik jika makan sesuai kepribadian kita. Dengan mengenali profil zat kimia otak kita beserta kekuatan dan kelemahannya, kita akan bisa tahu apa persisnya yang harus kita lakukan dan kita makan untuk mengubah zat kimia tersebut dan memaksimalkan kebahagiaan.

Bahkan tidak hanya itu, menurut Alan R Hirsch, M.D, Kepala Smell and Taste Treatment and Research Foundation di Chicago, rasa lapar terhadap makanan tertentu juga bisa mengindikasikan kepribadian seseorang. Hirsch tidak tanggung-tanggung, penulis buku What Flavor Is Your Personality? ini meneliti 18.000 orang berusia 25 tahun untuk sampai pada kesimpulan tersebut.

Walaupun demikian, tidak semestinya kita bermudah-mudahan menghukumi karakter seseorang hanya karena kita melihat kebiasaan dan kesukaan makannya semata. Sekali lagi, banyak faktor penentu kepribadian seseorang, adapun makanan hanya salah satu di antaranya saja. Dan jadikan informasi ini untuk memacu kita agar lebih berhati-hati dalam memilih makanan, baik jenis maupun cara mendapatkannya.
Wallohu a'lam.

Sabtu, 30 Juli 2011

TAWAKAL

SMA: Kuliah mahal, susah pula, bisa enggak yah besok aku kuliah? :(
Kuliah: Banyak sarjana nganggur sekarang, bisa dapet kerjaan enggak ya besok? :(
Bekerja: Takut aku, jangan-jangan entar diPHK, bisa jadi gembel nih :(

Siapa sih yang sama sekali tidak pernah merasa khawatir dan takut? Semua orang pernah merasakannya, termasuk yang menulis catatan ini :)

Kekhawatiran dan ketakutan adalah milik semua orang, alias wajar. Hanya saja kita perlu menempatkannya pada posisi yang semestinya, posisi yang membawa manfaat, bukan sebaliknya. Kekhawatiran dan ketakutan untuk berbuat maksiat atau mengikuti syahwat, misalnya, hal ini justru bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akherat kita. Lain halnya apabila kekhawatiran dan ketakutan itu menyebabkan diri menjadi lemah, terguncang, memotong usaha bahkan menarik kita ke belakang, yang seperti ini tidak ada manfaatnya bahkan lebih banyak mudhorotnya. Contohnya, kekhawatiran dan ketakutan terhadap masa depan. Masa yang akan datang itu tidak bisa dienyahkan dengan kekhawatiran, kawan. Kekhawatiran dan ketakutan dalam hal ini hanya akan menjadi beban yang amat berat di pundak kita yang sedang melakukan perjalanan. Untuk mengatasinya, kita harus membekali diri dengan tawakal, tauhid dan kepasrahan kepada Alloh, ridho kepadaNYA sebagai penguasa dalam segala sesuatu. Tidak bisa dikatakan ridho kepada Alloh sebagai penguasa jika kita mencintai sesuatu yang dibenciNYA. Berarti kita tidak ridho kepada Alloh sebagai Penguasa secara mutlak, dan akibatnya Alloh juga tidak ridho kepada kita sebagai hamba secara mutlak. Kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa tidak ada yang layak bagi seorang hamba kecuali apa yang ditegakkan pada dirinya. Hikmah dan pujian hanya bagi Alloh, yang telah menegakkan dirinya pada suatu kedudukan yang memang hanya layak bagi dirinya, bukan bagi orang lain. Karena itu sebagai hamba kita tidak perlu menelusurinya. Alloh lebih mengetahui, dimana Dia meletakkan pemberian dan karuniaNYA.

Dengan pujian dan hikmahNYA Dia memberi, dengan pujian dan hikmahNYA pula Dia menahan. Siapa yang tidak mendapatkan, lalu dia memasrahkan diri dan sekaligus berharap kepadaNYA, maka keadaannya beralih menjadi orang yang diberi. Siapa yang hanya sibuk dengan pemberianNYA tetapi memutuskan diri denganNYA, maka keadaannya akan berubah menjadi orang yang tidak diberi. Segala sesuatu yang membuat hamba lalai dari Alloh akan menjadi kesialan baginya, dan apapun yang mengalihkannya kepada Alloh akan menjadi rahmat baginya. Alloh ingin agar hambaNYA berbuat. Tetapi perbuatan itu tidak akan terjadi hingga Alloh berkehendak untuk menolongnya. Alloh menghendaki agar kita senantiasa istiqomah dan mencari jalan menuju kepadaNYA. Alloh berfirman, "Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam." (QS AT TAKWIR:29).

Alloh menjadikan tawakal setelah takwa, yang menjadi penopang segala sebab yang diperintahkan. Pada saat itulah tawakal kepada Alloh sudah cukup baginya. Firman Alloh, "Barangsiapa bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan keperluannya." (ATH THOLAQ:2-3).

Tawakal dan mencukupkan keperluan kepada Alloh tanpa memperhatikan sebab yang diperintahkan adalah kelemahan. Misalnya, kita memarkir sepeda motor kita di luar rumah tanpa menguncinya. Ini tidak dibenarkan. Tawakal ini dibuat lemah karena mengabaikan sebab, yaitu mengunci sepeda motor supaya tidak hilang. Landasan dan tempat tawakal adalah sebab. Kesempurnaannya dengan tawakal kepada Alloh.

Adapun jika terlalu mengandalkan peranan sebab dan berpaling dari tawakal, maka ini juga tercela. Misalnya, mengunci sepeda motor tetapi tidak merasakan adanya tawakal dan terlepas dari pertolongan Alloh pada dirinya. Padahal apalah daya manusia tanpa pertolongan Alloh? Maka orang-orang seperti ini juga lemah. Kekuatan dari segala kekuatan adalah bertawakal kepada Alloh dengan tetap menjalankan sebab-sebabnya. Yakni dalam hal ini yang harus dilakukan adalah mengunci sepeda motor sekaligus bertawakal kepada Alloh.

Dengan kata lain, Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam membimbing kita kepada sesuatu yang menjadi tujuan kesempurnaannya dan apa yang dicarinya, mendapatkan apa yang bermanfaat bagi dirinya dan juga berusaha. Sehingga ucapan "Cukuplah Alloh sebagai pelindungku, dan Dia sebaik-baik penolong" akan sangat bermanfaat apabila diucapkan dengan disertai usaha. Jika diucapkan saja tanpa ada usaha atau mengabaikan sebab-sebabnya maka sikap tersebut adalah tercela.

Sekarang faham kan, cara yang benar dalam bertawakal? So, tawakal yuuk ^_^

Maroji':
_ Alquran Alkarim
_ Mukhtashor Zaadul Ma'ad, Ibnu Qoyyim Aljauziyah

SENYUM YUUK...

Banyak orang lupa membahagiakan dirinya dengan cara yang paling ringan, mudah dan gratis, yakni dengan tersenyum. Lho bukankah senyum itu datang jika kita sedang merasa bahagia? Betul. Tapi justru disini pulalah kita dapat menemukan jalan pintas. Mengapa harus menunggu kebahagiaan yang datang dari luar, baru kita dapat tersenyum? Tersenyumlah, dan temukan kebahagiaan itu hadir bersamanya! Tidak sulit bukan, menjadi orang bahagia? ^_^

Saat ini orang stres semakin banyak. Mereka seringkali dilanda stres akibat ketegangan dan kejenuhan rutinitas sehari-hari, ditambah lagi masalah-masalah yang datang tak diundang. Wajah mereka nampak tegang, kaku, bahkan senantiasa bermuram durja. Padahal memandang masalah dengan cara lain dapat membuat kita merasa relaks dan tidak panik. Hal ini telah dibuktikan dalam sebuah studi yang diterbitkan di Annals of Behavioral Medicine, orang-orang yang disuruh membayangkan akibat yang berbeda dan lebih lucu dari suatu situasi yang sulit, ternyata mengalami kadar stres yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak merevisi cerita.

Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam adalah orang yang selalu menampakkan wajah berseri-seri dengan senyumnya yang khas setiap beliau bertemu dengan seseorang. Keceriaan dan senyumnya yang menyenangkan membuat para sahabat betah duduk berlama-lama di dekat beliau. Bahkan setiap orang yang baru pertama kali bertemu beliau pasti terkesan oleh senyumannya. Senyum adalah perwujudan akhlak dan perangai Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, juga merupakan ungkapan perasaan beliau setiap kali menghadapi peristiwa yang lucu atau humoristis. Beliau juga menyukai hal-hal yang lucu dan menyenangkan, yang bisa menghibur hati dan mengurangi kepenatan dalam berfikir. Dalam sebuah hadis beliau bersabda: "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu, sebab bila hati terus dipaksa dengan memikul beban yang berat ia akan menjadi buta." (Sunan Abu Daud).

Dari segi kesehatan, orang yang murah senyum akan jauh dari stres, jantungnya berdetak normal dan peredaran darahnya akan mengalir dengan baik, sehingga akan terhindar dari aneka penyakit ketegangan. Sebabnya ialah karena senyum mendorong hati menjadi ceria, sehingga menyehatkan dan menguatkan tubuh. Para periset menyatakan bahwa akting lebih ramah, lebih suka berpetualang atau lebih percaya diri mempunyai kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri. Orang yang tersenyum hanya mengandalkan 17 otot wajah. Sedangkan orang yang cemberut akan tertarik 32 otot wajahnya, suatu jumlah yang jauh lebih besar ketimbang tersenyum. Inilah salah satu sebab mengapa wajah terkadang terlihat lebih cepat tua bagi orang yang jarang tersenyum.

Dari segi hubungan sosial, senyum yang tulus akan membuat orang lain menjadi merasa lebih aman dan nyaman. Sejarah telah menulis, banyak keberhasilan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dalam misinya sebagai penyebar agama tauhid dikarenakan oleh senyuman dan keramahan beliau, disamping akhlaknya yang mulia. Suasana pergaulan bagi ahli senyum mampu menambah semangat dibandingkan dengan orang yang selalu bermuram durja.

Walaupun demikian, dalam tersenyum kita haruslah proporsional, harus diperhatikan benar-benar kondisi, waktu dan tempat yang tepat. Senyum yang tidak proporsional akan memiliki dampak yang bermacam-macam. Senyum sinis, senyum hinaan, serta senyum pada saat orang lain menderita adalah bentuk senyum yang tidak terpuji dan tidak proporsional. Senyum tersebut justru membuat orang lain semakin menderita dan teriris hatinya. Ada lagi bentuk senyuman yang tergolong tidak proporsional, yaitu senyuman menggoda alias senyuman maut (apalagi ditambah kedip-kedip...hadeeh >_< ). Senyuman ini tidak pada tempatnya, karena dilemparkan ke sembarang lawan jenis dengan tujuan menggoda. Ini tentu tidak boleh.

Terdapat senyuman yang mungkin tidak biasa dilakukan manusia, tetapi alangkah baiknya kita mencobanya. Jarang dilakukan memang, tetapi bukan berarti tercela jika kita menerapkannya. Senyuman tersebut adalah senyum kita dikala diri kita sendiri sedang tertimpa musibah, dikala sedih, tegang maupun hati sedang dongkol. Tersenyum pada saat-saat tersebut memberi pengaruh positif yang cukup besar terhadap jiwa. Dengan tersenyum demikian kita bisa merasakan sabar dan syukur dalam waktu yang sama. Hal ini menunjukkan ketabahan dan ketegaran hati terhadap takdir Alloh Ta'ala pada diri kita.

Dengan tersenyum tulus kita bisa memperoleh banyak keuntungan dari segi lahir maupun batin sebagaimana telah disebutkan di atas. Tunggu apa lagi? Mari kita budayakan senyum sehat dan bahagia. Keep smile ^_^

JANGAN BENCI DIRINYA KARENA TAKDIRNYA

Ukhty fillah, untuk kesekian kalinya aku mendapatkan dirimu mencela sesama kita, bahkan menunjukkan ketidaksukaanmu pada mereka. Ukhty, kau sangat benci dan tidak rela ketika fulanah menyebut dirimu mirip A. Kau bilang kalian jauh berbeda, dan dirimu jauh lebih cantik dari A, kemudian kau merendahkannya. Saudariku, ketahuilah bahwa Alloh telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Sesungguhnya Alloh tidak memandang pada rupa-rupa kita, akan tetapi ketakwaanlah yang membedakan kita di hadapanNya. Ketahuilah ukhty, jika kau mencela ciptaanNya maka tak jauh berbeda dengan kau telah mencela Penciptanya. Sama halnya jika kau mengatakan "lukisan ini sangat jelek", siapakah orang yang pertama tersinggung ukhty? Tentulah sang pelukis lukisan tersebut.

Ukhty, mengapa harus selalu menyalahkan dan bersikap sombong terhadap seorang janda? Perceraiannya belum tentu akibat dosa-dosanya, kalaupun itu benar toh itu hanya bagian masa lalunya. Siapa yang bisa menghalangi jika ternyata Alloh berhendak menjadikan perceraiannya sebagai gerbang menuju kebahagiaannya yang hakiki kelak? Mengapa harus merasa "tinggi" di atasnya hanya karena engkau masih mempunyai suami, apakah engkau mengetahui berapa umur perkawinanmu kelak ukhty? Sesungguhnya jodoh adalah bagian dari rahasia Alloh yang hanya bisa kita ketahui secara pasti setelah ajal memisahkan keduanya.

Rejeki seseorang sudah pasti ketentuannya ya ukhty. Tidak ada yang bisa memberi jika Alloh berkehendak untuk menahannya. Dan tidak pula ada yang mampu menahannya jika Alloh berkehendak untuk memberikannya pada hamba yang dikehendakinya. Janganlah kau berbahagia atas kemiskinannya, lalu membenci dan merendahkannya. Jangan lagi kau sebut-sebut bahwa kemiskinannya adalah akibat perbuatannya yang begini-begini, apalagi akibat perbuatannya terhadap dirimu. Tak ada yang tak mungkin jika Alloh sudah berkehendak ukhty. Sesungguhnya hanya Alloh saja yang Maha Mengetahui segala urusan secara tepat.

Memang benar, orang baik akan mendapatkan pasangan yang baik, orang jahat pun akan mendapatkan pasangan yang serupa dengannya. Tapi janganlah kau jadikan hal ini sebagai hujjah untuk menghukumi seseorang secara sama rata. Tak ingatkah kau dengan siapa Asiyah wanita solihah itu berjodoh? Beliau berjodoh dengan Fir'aun manusia yang dilaknat Alloh. Apakah lantas martabat Asiyah jatuh? Tidak ukhty, beliau masih selalu dimuliakan Alloh dan seluruh makhluk di muka bumi ini. Juga bagaimana dengan para nabi yang memiliki istri-istri yang durhaka, apakah Alloh merendahkan para nabi tersebut? Tidak ukhty, kemuliaan dan solawat tetap tercurah kepada mereka dan para pengikutnya. Bersyukurlah atas nikmat Alloh yang Dia telah mengkaruniakan seorang suami solih kepadamu. Tapi janganlah hal ini membuatmu merasa lebih mulia dan merendahkan yang lain. Sesungguhnya segala sesuatu ada hikmahnya, dan hanya Alloh saja yang Mengilmui semua hikmah itu secara sempurna.

Ukhty fillah, kecacatan fisik B bukanlah kehendaknya, tapi semua itu adalah terjadi atas KuasaNya. Janganlah kau menilai dirinya dengan sebutan "si malang" dan menganggap dirimu sebagai "si mujur" lalu meremehkannya. Tak takutkah kau kepada Alloh Yang Maha Mendengar dan Maha Menyaksikan segala sesuatu? Tak takutkah kau bahwa Alloh pun berkuasa untuk menjadikanmu seperti apa yang Dia kehendaki? Bersyukurlah atas semua nikmat Alloh tanpa harus bersikap takabur. Mudah-mudahan Alloh menambahkan nikmatNya kepada kita semua.

Ukhty yang semoga Alloh senantiasa merahmatimu,
Sebagai seorang mukmin kita harus menyadari bahwa pengaturan Alloh jauh lebih baik daripada pengaturan kita sendiri. Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda:"Tidaklah Alloh menetapkan suatu qodho bagi orang mukmin, melainkan qodho itu lebih baik baginya." Yakinlah apa yang terjadi pada mereka, dirimu juga diriku semuanya adalah baik di sisiNya. Jangan lagi kau merendahkan mereka karna kau merasa lebih mulia dan bahagia dibanding mereka. Ketahuilah, mereka adalah orang-orang yang ridho atas nasib dan penderitaan yang menimpa mereka. Mereka ridho dan yakin bahwa di balik semua itu ada pahala yang disimpan. Sama halnya seperti keridhoan seseorang pada saat merasakan sakitnya sayatan ketika dibekam, atau merasakan pahitnya minum obat karena mengharapkan kesembuhan.

Bahkan lebih dari itu, mereka ridho terhadap penderitaan yang dialaminya karena menyadari bahwa hal itu adalah kehendak Kekasihnya. Bagi mereka sesuatu yang paling nikmat adalah keridhoan Kekasihnya, sekalipun hal itu harus diwujudkan dalam bentuk penderitaan dirinya. Sebagaimana yang dikatakan sebagian orang, "Luka itu tidak terasa sakit jika membuat kalian ridho." Maka kebahagiaan itu adalah milik semua orang, yakni bagi mereka yang ridho dengan segala ketetapan Kekasihnya.

Ukhty, uhibbuki fillah...

Jumat, 29 Juli 2011

MAAF, RINGAN TAPI BERAT

Selama ini kita dipertemukan dengan wacana yang selalu menekankan kita akan pentingnya memaafkan dan berlemah lembut terhadap sesama. Apakah itu berarti kita tidak perlu meminta maaf, karena merasa diri sudah pasti dan layak untuk dimaafkan? Atau karena kita berpikir bahwa sudah menjadi kwajiban merekalah untuk memaafkan kita?

Ukhty fillah, adalah benar menjadi kwajiban kita memaafkan sesama (dalam hal yang memang masih disyariatkan). Adalah sebuah keberuntungan dan kemuliaan bagi kita untuk menghapus kesalahan sesama. Adalah kesehatan jiwa dengan melapangkan dada kita terhadap rasa sakit yang ditimbulkan oleh sesama. Adalah kebahagiaan dan kelegaan hati jika kita bisa melupakan sikap buruk sesama kepada diri kita. Demikian itulah akhlak yang harus kita miliki. Akan tetapi bagaimana halnya jika posisinya dibalik, mengingat kita semua adalah manusia biasa yang tidak luput dari berbuat salah dan dosa? Akankah kita menempatkan diri dalam posisi sebagai si korban? Pantaskah hati kita berucap, "Sudah jadi kwajiban elo maafin gue." Atau kita berdiam diri dan menganggap lewat semua dosa kita begitu saja? Atau kita pura-pura lupa akan kesalahan kita? Atau justru kita sama sekali tidak merasa bersalah? Subhanalloh...mudah-mudahan tidak ya ukhty.

Sekarang bagaimana pula sikap kita jika ternyata ada seseorang yang mengingatkan dan menegur kesalahan kita? Bagaimana jika turun sebuah nasehat kepada kita? Jawabannya ada di dalam diri kita masing-masing. Ada yang merasa bersyukur dan berterima kasih karena merasa telah terselamatkan, sehingga tidak berlarut-larut dalam keburukan yang selanjutnya. Ada yang menerima nasehat dan langsung introspeksi diri. Ada yang merasa sakit saat mendengarnya tetapi masih mau merubah sikap. Ada yang langsung merasa diserang, hati sakit dan pedih serasa disayat sembilu lalu membantah teguran dan nasehat tersebut. Dan ada pula yang sakit hati lalu membantah sekaligus memutar balik fakta, menuduh bahwa lawan bicaranya itulah yang berbuat, lalu dia pun keluar teori-teori untuk menasehati balik...wal'iyadzubillah.

Ukhty fillah, nasehat itu ibarat jamu...pahit memang tetapi menyehatkan. Apakah kita akan menelannya ataukah kita akan memuntahkannya, atau memuntahkan sekaligus menyemprotkannya pada muka sang pemberi jamu? Semua kembali kepada kesadaran diri kita masing-masing. Tak ada seorang pun yang bisa memaksakan kita untuk menelannya. Yang perlu dicatat, seseorang itu harus bisa menahan diri merasakan pahitnya obat dan bersabar menahan diri dari hal-hal yang diinginkannya, semua itu demi pemulihan badannya yang sedang sakit. Begitu pula kesabaran dalam berusaha mengobati penyakit hati, yang justru inilah yang lebih penting. Mengapa? Karena penyakit badan bisa lepas dengan kematian, akan tetapi penyakit hati bisa berlanjut dengan siksa yang abadi setelah kematian. Dan kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut.

Penyakit hati itu tersembunyi. Boleh jadi pemiliknya tidak tahu, karena itu dia mengabaikannya. Kalaupun tahu, mungkin dia tidak sabar menanggung pahitnya obat, karena obatnya adalah menentang nafsu. Untuk mengembalikan keadaan agar sehat dan segar kembali maka dilakukan pengobatan dengan melihat jenis penyakitnya. Seperti panas, maka diobati dengan dingin agar tidak semakin panas dan tidak pula terlalu dingin yang bisa menjadi penyakit baru. Dalam hal ini diperlukan jalan tengah. Kikir diobati dengan sedekah dan mengeluarkan harta, tapi tidak perlu berlebih-lebihan dan boros. Pemarah dengan mengendalikan amarah, begitu seterusnya. Bagaimana pula dengan penyakit gengsi untuk minta maaf? Mari kita jawab sendiri-sendiri ^_^

Ukhty fillah, janganlah ketidakmampuan kita untuk memaksakan diri mengakui kesalahan akhirnya mendorong kita untuk  berbuat curang, memutar balik perkara dan menuduh orang itulah yang telah melakukan kesalahan. Ingatlah dengan firman Alloh dalam QS AZ ZUKHRUF ayat 58 : "Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar."
Juga dalam QS AN NISA ayat 112: "Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata." Dalam QS AL QOSHOSH ayat 50 Alloh pun berfirman: "Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dholim."
Di dalam Sunan At Turmudzi dari hadis Abu 'Umamah ia berkata: Rosululloh bersabda: "Tidaklah sesat suatu kaum setelah mengikuti petunjuk, kecuali didatangkan kepada mereka perdebatan."
Adapun menahan diri dari menyakiti dengan lisan itu merupakan sebab mendapat jaminan Nabi untuk masuk surga: "Barangsiapa yg menjamin bagiku untuk menjaga apa yg diantara 2 janggutnya dan yg diantara kedua kakinya maka aku jamin baginya surga."

BUANG RASA TAKUT GAGAL

Tanpa kita sadari ternyata keluarga dan lingkungan kita kerap sekali menanamkan rasa takut gagal semasa kita masih anak-anak. Ketika memanjat pohon, "Awas jatuuuh! Turun!" Kita pun turun (kalau yang bandel malah memanjat lebih  tinggi :D ). Ketika kita berlari, "Jangan lari-lari entar jatuh!" Kita pun berhenti. Ketika di dapur, "Kamu belum bisa mengerjakan ini, Nak... Ayo sana main saja!" Kita pun menghambur keluar, "Asiiiik!" ^_^

Dengan begitu, bayang-bayang kegagalan selalu hadir di hadapan kita hingga dewasa. Kita menjadi tidak berani mengerjakan suatu pekerjaan yang belum kita ketahui. Kita baru mengerjakannya bila sebelumnya kita telah berhasil mencobanya, atau hanya karena kita telah melihat orang lain berhasil melakukannya. Ketika didatangkan suatu ide atau kesempatan, kita terlalu banyak berpikir dan menimbang-nimbang, bahkan banyak waktu dan pikiran yang habis terbuang hanya untuk satu hal ini tanpa menghasilkan satu action pun. Perasaan takut gagal ini akan mencegah kita untuk mengarungi pengalaman yang sangat banyak, menarik dan berguna bagi kita. Orang-orang yang telah membebaskan dirinya dari perasaan takut gagal adalah orang-orang yang paling berhasil yang pernah kita lihat.

Tapi ngomong-ngomong, apa sih sebenarnya definisi gagal itu? Gagal, secara sederhana adalah pandangan seseorang berdasarkan cara pandang orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kegagalan akan menjadi mustahil apabila kita yakin bahwa tidak ada suatu pekerjaan yang harus dikerjakan hanya dengan aturan tertentu dan sesuai arahan orang lain saja. Memang, dalam suatu kondisi terkadang kita gagal melakukan sesuatu hanya karena mengikuti cara pandang kita pribadi. Tetapi yang penting disini bukanlah menilai suatu pekerjaan dengan penilaian kita pribadi. Tidak berhasilnya kita dalam urusan tertentu bukan berarti kita telah gagal secara pribadi, namun hanya gagal dalam urusan itu saja pada saat itu.
Jangan khawatir dengan pandangan orang lain mengenai kita, juga cacian orang kepada kita. Namanya juga orang :D Ketika kita gagal untuk pertama kali atau lebih dari sekali, sebenarnya kita tidak perlu memikirkannya sama sekali. Jadikanlah kegagalan ini sebagai pintu menuju kesuksesan. Orang yang tidak pernah mengalami kegagalan satu kali pun dalam hidupnya secara umum tidak akan memperoleh keberuntungan dan kesuksesan. Kalaupun ada tentu hal itu sangat jarang, dan kita tidak bisa berpegangan dengan hal ini.

Semua orang besar pernah mengalami kegagalan dalam urusan mereka, karena bila tidak pernah gagal mereka tidak akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan kesuksesan hidup. Sebagaimana adanya kegagalan dalam hal tertentu, hal itu akan menjadikan kita mengenali titik-titik kelemahan dan kekuatan yang ada pada pribadi kita. Tentunya semua ini akan berguna untuk mengembangkan titik kekuatan kita dan menghilangkan titik kelemahan kita. Sudah menjadi kwajiban kita untuk dapat memisahkan dua hal ini, yaitu kegagalan dan kekuatan pribadi serta penghormatan pada diri pribadi. Maksudnya, kegagalan hendaknya sama sekali tidak menghilangkan penghormatan kita kepada kepribadian kita sendiri, karena kegagalan itu bukan berarti lemahnya kepribadian.

Bila seseorang tidak membedakan antara kegagalan dan kesuksesan berdasarkan penilaian pribadinya, maka semua itu akan menjadikannya tidak memiliki nilai kepribadian. Lihat saja perjuangan Nabi kita shollallohu 'alaihi wa sallam dalam mendakwahkan agama ini, jika di awal perjuangan beliau merasa gagal maka belum tentu kita mengenal agama ini. Atau contoh lain, Thomas Alfa Edison, seandainya ia menafsirkan bahwa semua pekerjaan yang ia lakukan adalah bukti kepakaran dirinya dan ia anggap sebagai kegagalan, maka ia akan berhenti berkarya dan gagal menyinari alam ini.

Perasaan takut gagal adalah batu sandungan yang akan menghalangi langkah kita menuju kemajuan, sehingga kita terbelenggu dalam keadaan cemas,  menyesal dan menderita karena banyaknya urusan. Semua itu intinya adalah karena kita takut gagal. Bukankah masih belum terlambat untuk menghilangkan perasaan ini? So let's go friends! Good luck ^_^

Rujukan: Positive Thinking, Adil Fathi Abdullah

Kamis, 28 Juli 2011

STRESS?

"Stresss!"
"Bete te bete te bete teeee...!"
"Sebbueee...ll!"
"Kenapa musibah ini musti menimpaku?! Kenapa bukan yang laiiiin?!"
"Apa salah dan dosakuuuuuw!"
"Ini salah gueee... kenapa kemarin gue gak pergi ajaaa!"
"Huwaaaaah aku pengen matiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!"
"Sudah tak sanggup lageeeee!"
"Andai...aku jadi orang kaya"
"Huhuhuu... stres gue... T_T"
" Nyesel :'( :'( :'( "

Mungkin di antara kita pernah mendapatkan kata-kata itu meluncur dari lesan seseorang, atau kita mendapatkannya dari SMS seseorang yang dekat dengan kita, atau bahkan kita sendiri yang mengalaminya. Tidak masalah siapa yang melakukannya. Hidup memang tak bisa luput dari masalah. Manusia tanpa pandang bulu tidak mungkin terlepas dari serangan stressor. Apalagi wanita, makhluk satu ini rentan depresi. Wanita sering mengalami gangguan kegelisahan jiwa enam kali lebih sering dibanding laki-laki. Hanya mereka yang dilatih terbiasa menahan stressor dalam hidupnya yang terbebas dari kemungkinan jatuh stres.

Agar dimampukan hidup berdampingan dengan stressor tanpa menjadi jatuh stres, insyaalloh bisa dilatih. Ibarat vaksinasi, jiwa yang terbiasa mengalami stressor juga akan lebih tahan banting dibandingkan jika tidak pernah sama sekali mengalami kesusahan hidup. Oleh karena itu sejak kecil anak perlu terbiasa mengalami perasaan kecewa, tertekan, frustasi, sedih atau krisis, sehingga anak tahu bahwa hidup tidak selamanya enak. Hidup itu butuh kesabaran. Dengan cara demikian diharapkan anak menjadi tahan banting, sabar, tidak ringkih dan jiwanya bugar. Hanya stressor yang sama yang berlangsung terus menerus dan untuk waktu lama (malstress) yang tidak boleh dibiarkan mendera. Untuk hal itu kita harus pandai-pandai mengantisipasi, karena stressor berada di luar diri maka bukan tidak mungkin stressor yang sama dan terus-menerus hadir di depan hidup kita. Iman dan sabar menjadi satu hal yang urgent untuk menghadapinya.

Banyak sekali sumber kecemasan dan permasalahan kita berasal dari hal-hal yang tidak ada penyelesaiannya. Maka kita harus yakin bahwa itu sudah menjadi takdir dari Alloh yang tidak dapat ditolak. Kita harus ridho dan menerima takdir itu. Kadang masalah juga muncul karena ketidakmampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan suasana baru setelah terjadinya beberapa peristiwa atau musibah, disini betul-betul dibutuhkan kekuatan iman kita.

Alloh melalui RosulNya telah membimbing kita agar senantiasa sabar ketika menghadapi musibah. Alloh berfirman dalam QS ATH THUR ayat 48: "Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Robbmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami." Juga di dalam QS AN NAHL ayat 96: "Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Hendaklah kita tidak mengatakan sesuatu yang menjadikan Alloh marah. Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam telah memperingatkan kita agar tidak berputus asa, karena berputus asa itu akan membuat seseorang menyiksa dirinya sendiri, yaitu ketika ia menyangka bahwa ia mampu untuk mencegah takdir ini seandainya ia berbuat ini dan itu. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda,"Janganlah kamu mengatakan, 'Seandainya aku mengerjakan ini niscaya begini dan begitu.' Akan tetapi katakanlah, 'Semua itu telah menjadi takdir Alloh dan apa yang Alloh kehendaki itu pasti terjadi.' Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan." (HR MUSLIM)

Oleh karena itu janganlah kita menduga bahwa kita mampu mencegah apa yang telah terjadi, itu adalah takdir, dan takdir PASTI terjadi. Menerima dan bersabar dengan takdir Alloh serta mengembalikan segala sesuatunya kepada kehendak Alloh, itulah jalan selamat yang harus kita tempuh. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, 'Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun.' Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Robbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS AL BAQOROH:155-157)

Orang yang beriman tentu mengetahui bahwa takdir Alloh Ta'ala akan menjadi kebaikan baginya, baik di dunia maupun di akherat. Sekalipun takdir ini secara lahir tampak sebagai suatu musibah yang sangat besar. Sungguh Alloh Ta'ala itu hanya menghendaki kebaikan bagi seorang muslim untuk selamanya. Rosululloh bersabda, "Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin karena semua urusannya itu baik baginya. Bila ia ditimpa kebahagiaan ia bersyukur dan itu baik baginya. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia bersabar dan itu pun baik baginya." (HR MUSLIM). Juga dalam hadis lain disebutkan, "Orang yang paling berat cobaannya adalah para Nabi kemudian setelah itu orang-orang solih, setelah itu orang-orang yang serupa dengan mereka dan seterusnya."

Okay, jangan stres lagi ya? ^^

LIDAH OH LIDAH

Air matanya menetes karena lidah. Kemarahannya memuncak karena lidah. Persahabatannya terputus karena lidah. Pertengkaran itu meledak karena lidah. Permusuhan itu timbul karena lidah. Perceraiannya terjadi karena lidah. Bahkan pembunuhan itu pun dilakukan karena lidah. Subhanalloh...betapa dahsyatnya pengaruh lidah sebagai pemicu timbulnya beragam bencana.

Aku bukanlah manusia yang pandai menjaga lidah, bukan pula manusia yang kebal terhadap sesuatu yang datangnya dari lidah. Betapa hatiku sangat lemah, mengendalikan benda kecil tak bertulang pun aku tak sanggup. Menahan pedihnya hati karena pengaruh yang ditimbulkan lidah pun aku tak mampu. Padahal semua itu adalah hal-hal yang tidak tampak oleh mata. Tidak pula bisa diraba oleh tangan. Sungguh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh.

Bicara soal lidah tiba-tiba teringat masa TK (Taman Kanak-kanak), betapa sering si A -sahabatku- membisikkan sesuatu di telingaku agar aku tidak bergaul lagi dengan fulanah dan 'alanah. Alasannya? Karena si A tak suka dengan mereka. Karena si A bermasalah dengan mereka. Adapun diriku? Tak tahu menahu urusan mereka semua. Si A cuma menceritakan kejelekan-kejelekan fulanah dan 'alanah, lalu memperingatkanku agar tidak berteman lagi dengan mereka. Berani melanggar?! Konsekwensinya...si A bakal marah dan menjauh dariku. Hmm...serba salah :( Syukurlah masa TK telah berlalu. Eit...tunggu dulu, ternyata peristiwa itu pun terulang kembali justru di saat umur sudah pantas menjadi ibu anak TK. Yap, ternyata masalah ibu-ibu pun tak jauh berbeda dari masalahnya anak TK. Nggak percaya? Tanya aja ibu kita :)

Masalah si A dengan fulanah dan 'alanah tak lepas dari perkara "lidah". Pun si A menularkan api permusuhannya itu kepadaku menggunakan lidah. Uh betapa saktinya lidah, mampu mencerai-beraikan manusia satu dengan lainnya dengan cara yang sangat mudah. Apakah setelah kita mengetahui "kesaktian dan kedahsyatannya" maka kita akan memanfaatkannya (baca:menyalahgunakan) semau hati kita? Demi kepentingan kita pribadi (baca:nafsu)? Kita berlindung kepada Alloh dari hal-hal yang demikian.

Lidah tak bertulang. Sangat ringan dan mudah kalimat demi kalimat meluncur darinya. Bahkan sangat mahir si lidah memainkan ilmu bela dirinya...silat lidah :) Bagaimana lidah bekerja pada kita, banyak pemicunya yang berasal dari tabiat. Tidak ada cara yang bisa menyelamatkan dari bencana ini kecuali dengan diam. Semakin berat perjuangan yang kita kerahkan, semakin besar pahalanya. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka aku jamin baginya surga." (HR Bukhori, At Tirmidzi dan Ahmad). Dalam hadis yang lain,"Siapa yang menjaga lidahnya, maka Alloh menutupi aibnya." (HR Abu Nu'aim dan Ibnu Abid-Dunya).

Bahkan terdapat sebuah peringatan yang sangat keras mengenai lidah sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang menjerumuskannya ke dalam neraka, yang jaraknya lebih dari jarak antara timur dan barat." (HR Bukhori, Muslim dan Ahmad). Ibnu Qudamah mengatakan bahwa yang mirip dengan hal ini adalah perdebatan dan adu mulut, banyak menyerang orang lain untuk membuka kesalahan dan keburukan-keburukannya. Yang mendorong seseorang berbuat seperti ini adalah MERASA DIRINYA HEBAT.

Memang seseorang harus mengingkari kemungkaran dengan perkataannya dan menjelaskan mana yang benar. Itu dilakukan jika orang yang dihadapi mau menerimanya. Jika tidak? Kita tidak perlu meradang. Cara mengobati penyakit ini adalah dengan menundukkan kesombongan yang membuat dirinya merasa lebih utama. Dan yang lebih besar dari perdebatan adalah pertengkaran. Padahal Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang paling dibenci Alloh adalah orang yang keras lagi suka bertengkar." (HR Bukhori dan Muslim). Kembali dijelaskan oleh Ibnu Qudamah bahwa bertengkar yang dimaksud disini ialah bertengkar secara batil, tanpa dilandasi pengetahuan (ilmu). Sedangkan orang yang mempunyai hak untuk bertengkar, maka sebaiknya berusaha menghindari pertengkaran. Sebab pertengkaran itu bisa membuat dada terasa panas, amarah mendidih, menimbulkan kedengkian dan bisa melanggar kehormatan.

Banyak sekali bencana lidah, diantaranya lagi adalah berkata keji dan mengumpat. Sabda Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam,"Orang mukmin itu bukan orang yang suka mencemarkan kehormatan, bukan pula orang yang suka mengutuk, berkata keji dan mengumpat." (HR At Tirmidzi, dan yang selainnya).

Bencana-bencana lidah (lisan) masih banyak lagi, dan tidak memungkinkan untuk dijelaskan secara keseluruhan disini. Mudah-mudahan yang sedikit ini mencukupi kita (khususnya diriku sendiri) untuk bisa introspeksi diri dan menjadi lebih baik lagi dalam menjaga lisan ini. Yaa Robb, jagalah lisan-lisan kami dan selamatkan kami dari bencana yang ditimbulkannya. Aamiin yaa mujiibas saailiin...