Sabtu, 30 Juli 2011

TAWAKAL

SMA: Kuliah mahal, susah pula, bisa enggak yah besok aku kuliah? :(
Kuliah: Banyak sarjana nganggur sekarang, bisa dapet kerjaan enggak ya besok? :(
Bekerja: Takut aku, jangan-jangan entar diPHK, bisa jadi gembel nih :(

Siapa sih yang sama sekali tidak pernah merasa khawatir dan takut? Semua orang pernah merasakannya, termasuk yang menulis catatan ini :)

Kekhawatiran dan ketakutan adalah milik semua orang, alias wajar. Hanya saja kita perlu menempatkannya pada posisi yang semestinya, posisi yang membawa manfaat, bukan sebaliknya. Kekhawatiran dan ketakutan untuk berbuat maksiat atau mengikuti syahwat, misalnya, hal ini justru bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akherat kita. Lain halnya apabila kekhawatiran dan ketakutan itu menyebabkan diri menjadi lemah, terguncang, memotong usaha bahkan menarik kita ke belakang, yang seperti ini tidak ada manfaatnya bahkan lebih banyak mudhorotnya. Contohnya, kekhawatiran dan ketakutan terhadap masa depan. Masa yang akan datang itu tidak bisa dienyahkan dengan kekhawatiran, kawan. Kekhawatiran dan ketakutan dalam hal ini hanya akan menjadi beban yang amat berat di pundak kita yang sedang melakukan perjalanan. Untuk mengatasinya, kita harus membekali diri dengan tawakal, tauhid dan kepasrahan kepada Alloh, ridho kepadaNYA sebagai penguasa dalam segala sesuatu. Tidak bisa dikatakan ridho kepada Alloh sebagai penguasa jika kita mencintai sesuatu yang dibenciNYA. Berarti kita tidak ridho kepada Alloh sebagai Penguasa secara mutlak, dan akibatnya Alloh juga tidak ridho kepada kita sebagai hamba secara mutlak. Kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa tidak ada yang layak bagi seorang hamba kecuali apa yang ditegakkan pada dirinya. Hikmah dan pujian hanya bagi Alloh, yang telah menegakkan dirinya pada suatu kedudukan yang memang hanya layak bagi dirinya, bukan bagi orang lain. Karena itu sebagai hamba kita tidak perlu menelusurinya. Alloh lebih mengetahui, dimana Dia meletakkan pemberian dan karuniaNYA.

Dengan pujian dan hikmahNYA Dia memberi, dengan pujian dan hikmahNYA pula Dia menahan. Siapa yang tidak mendapatkan, lalu dia memasrahkan diri dan sekaligus berharap kepadaNYA, maka keadaannya beralih menjadi orang yang diberi. Siapa yang hanya sibuk dengan pemberianNYA tetapi memutuskan diri denganNYA, maka keadaannya akan berubah menjadi orang yang tidak diberi. Segala sesuatu yang membuat hamba lalai dari Alloh akan menjadi kesialan baginya, dan apapun yang mengalihkannya kepada Alloh akan menjadi rahmat baginya. Alloh ingin agar hambaNYA berbuat. Tetapi perbuatan itu tidak akan terjadi hingga Alloh berkehendak untuk menolongnya. Alloh menghendaki agar kita senantiasa istiqomah dan mencari jalan menuju kepadaNYA. Alloh berfirman, "Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Alloh, Robb semesta alam." (QS AT TAKWIR:29).

Alloh menjadikan tawakal setelah takwa, yang menjadi penopang segala sebab yang diperintahkan. Pada saat itulah tawakal kepada Alloh sudah cukup baginya. Firman Alloh, "Barangsiapa bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan keperluannya." (ATH THOLAQ:2-3).

Tawakal dan mencukupkan keperluan kepada Alloh tanpa memperhatikan sebab yang diperintahkan adalah kelemahan. Misalnya, kita memarkir sepeda motor kita di luar rumah tanpa menguncinya. Ini tidak dibenarkan. Tawakal ini dibuat lemah karena mengabaikan sebab, yaitu mengunci sepeda motor supaya tidak hilang. Landasan dan tempat tawakal adalah sebab. Kesempurnaannya dengan tawakal kepada Alloh.

Adapun jika terlalu mengandalkan peranan sebab dan berpaling dari tawakal, maka ini juga tercela. Misalnya, mengunci sepeda motor tetapi tidak merasakan adanya tawakal dan terlepas dari pertolongan Alloh pada dirinya. Padahal apalah daya manusia tanpa pertolongan Alloh? Maka orang-orang seperti ini juga lemah. Kekuatan dari segala kekuatan adalah bertawakal kepada Alloh dengan tetap menjalankan sebab-sebabnya. Yakni dalam hal ini yang harus dilakukan adalah mengunci sepeda motor sekaligus bertawakal kepada Alloh.

Dengan kata lain, Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam membimbing kita kepada sesuatu yang menjadi tujuan kesempurnaannya dan apa yang dicarinya, mendapatkan apa yang bermanfaat bagi dirinya dan juga berusaha. Sehingga ucapan "Cukuplah Alloh sebagai pelindungku, dan Dia sebaik-baik penolong" akan sangat bermanfaat apabila diucapkan dengan disertai usaha. Jika diucapkan saja tanpa ada usaha atau mengabaikan sebab-sebabnya maka sikap tersebut adalah tercela.

Sekarang faham kan, cara yang benar dalam bertawakal? So, tawakal yuuk ^_^

Maroji':
_ Alquran Alkarim
_ Mukhtashor Zaadul Ma'ad, Ibnu Qoyyim Aljauziyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.