Kamis, 28 Juli 2011

LIDAH OH LIDAH

Air matanya menetes karena lidah. Kemarahannya memuncak karena lidah. Persahabatannya terputus karena lidah. Pertengkaran itu meledak karena lidah. Permusuhan itu timbul karena lidah. Perceraiannya terjadi karena lidah. Bahkan pembunuhan itu pun dilakukan karena lidah. Subhanalloh...betapa dahsyatnya pengaruh lidah sebagai pemicu timbulnya beragam bencana.

Aku bukanlah manusia yang pandai menjaga lidah, bukan pula manusia yang kebal terhadap sesuatu yang datangnya dari lidah. Betapa hatiku sangat lemah, mengendalikan benda kecil tak bertulang pun aku tak sanggup. Menahan pedihnya hati karena pengaruh yang ditimbulkan lidah pun aku tak mampu. Padahal semua itu adalah hal-hal yang tidak tampak oleh mata. Tidak pula bisa diraba oleh tangan. Sungguh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh.

Bicara soal lidah tiba-tiba teringat masa TK (Taman Kanak-kanak), betapa sering si A -sahabatku- membisikkan sesuatu di telingaku agar aku tidak bergaul lagi dengan fulanah dan 'alanah. Alasannya? Karena si A tak suka dengan mereka. Karena si A bermasalah dengan mereka. Adapun diriku? Tak tahu menahu urusan mereka semua. Si A cuma menceritakan kejelekan-kejelekan fulanah dan 'alanah, lalu memperingatkanku agar tidak berteman lagi dengan mereka. Berani melanggar?! Konsekwensinya...si A bakal marah dan menjauh dariku. Hmm...serba salah :( Syukurlah masa TK telah berlalu. Eit...tunggu dulu, ternyata peristiwa itu pun terulang kembali justru di saat umur sudah pantas menjadi ibu anak TK. Yap, ternyata masalah ibu-ibu pun tak jauh berbeda dari masalahnya anak TK. Nggak percaya? Tanya aja ibu kita :)

Masalah si A dengan fulanah dan 'alanah tak lepas dari perkara "lidah". Pun si A menularkan api permusuhannya itu kepadaku menggunakan lidah. Uh betapa saktinya lidah, mampu mencerai-beraikan manusia satu dengan lainnya dengan cara yang sangat mudah. Apakah setelah kita mengetahui "kesaktian dan kedahsyatannya" maka kita akan memanfaatkannya (baca:menyalahgunakan) semau hati kita? Demi kepentingan kita pribadi (baca:nafsu)? Kita berlindung kepada Alloh dari hal-hal yang demikian.

Lidah tak bertulang. Sangat ringan dan mudah kalimat demi kalimat meluncur darinya. Bahkan sangat mahir si lidah memainkan ilmu bela dirinya...silat lidah :) Bagaimana lidah bekerja pada kita, banyak pemicunya yang berasal dari tabiat. Tidak ada cara yang bisa menyelamatkan dari bencana ini kecuali dengan diam. Semakin berat perjuangan yang kita kerahkan, semakin besar pahalanya. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka aku jamin baginya surga." (HR Bukhori, At Tirmidzi dan Ahmad). Dalam hadis yang lain,"Siapa yang menjaga lidahnya, maka Alloh menutupi aibnya." (HR Abu Nu'aim dan Ibnu Abid-Dunya).

Bahkan terdapat sebuah peringatan yang sangat keras mengenai lidah sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang menjerumuskannya ke dalam neraka, yang jaraknya lebih dari jarak antara timur dan barat." (HR Bukhori, Muslim dan Ahmad). Ibnu Qudamah mengatakan bahwa yang mirip dengan hal ini adalah perdebatan dan adu mulut, banyak menyerang orang lain untuk membuka kesalahan dan keburukan-keburukannya. Yang mendorong seseorang berbuat seperti ini adalah MERASA DIRINYA HEBAT.

Memang seseorang harus mengingkari kemungkaran dengan perkataannya dan menjelaskan mana yang benar. Itu dilakukan jika orang yang dihadapi mau menerimanya. Jika tidak? Kita tidak perlu meradang. Cara mengobati penyakit ini adalah dengan menundukkan kesombongan yang membuat dirinya merasa lebih utama. Dan yang lebih besar dari perdebatan adalah pertengkaran. Padahal Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang paling dibenci Alloh adalah orang yang keras lagi suka bertengkar." (HR Bukhori dan Muslim). Kembali dijelaskan oleh Ibnu Qudamah bahwa bertengkar yang dimaksud disini ialah bertengkar secara batil, tanpa dilandasi pengetahuan (ilmu). Sedangkan orang yang mempunyai hak untuk bertengkar, maka sebaiknya berusaha menghindari pertengkaran. Sebab pertengkaran itu bisa membuat dada terasa panas, amarah mendidih, menimbulkan kedengkian dan bisa melanggar kehormatan.

Banyak sekali bencana lidah, diantaranya lagi adalah berkata keji dan mengumpat. Sabda Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam,"Orang mukmin itu bukan orang yang suka mencemarkan kehormatan, bukan pula orang yang suka mengutuk, berkata keji dan mengumpat." (HR At Tirmidzi, dan yang selainnya).

Bencana-bencana lidah (lisan) masih banyak lagi, dan tidak memungkinkan untuk dijelaskan secara keseluruhan disini. Mudah-mudahan yang sedikit ini mencukupi kita (khususnya diriku sendiri) untuk bisa introspeksi diri dan menjadi lebih baik lagi dalam menjaga lisan ini. Yaa Robb, jagalah lisan-lisan kami dan selamatkan kami dari bencana yang ditimbulkannya. Aamiin yaa mujiibas saailiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.