Jumat, 29 Juli 2011

BUANG RASA TAKUT GAGAL

Tanpa kita sadari ternyata keluarga dan lingkungan kita kerap sekali menanamkan rasa takut gagal semasa kita masih anak-anak. Ketika memanjat pohon, "Awas jatuuuh! Turun!" Kita pun turun (kalau yang bandel malah memanjat lebih  tinggi :D ). Ketika kita berlari, "Jangan lari-lari entar jatuh!" Kita pun berhenti. Ketika di dapur, "Kamu belum bisa mengerjakan ini, Nak... Ayo sana main saja!" Kita pun menghambur keluar, "Asiiiik!" ^_^

Dengan begitu, bayang-bayang kegagalan selalu hadir di hadapan kita hingga dewasa. Kita menjadi tidak berani mengerjakan suatu pekerjaan yang belum kita ketahui. Kita baru mengerjakannya bila sebelumnya kita telah berhasil mencobanya, atau hanya karena kita telah melihat orang lain berhasil melakukannya. Ketika didatangkan suatu ide atau kesempatan, kita terlalu banyak berpikir dan menimbang-nimbang, bahkan banyak waktu dan pikiran yang habis terbuang hanya untuk satu hal ini tanpa menghasilkan satu action pun. Perasaan takut gagal ini akan mencegah kita untuk mengarungi pengalaman yang sangat banyak, menarik dan berguna bagi kita. Orang-orang yang telah membebaskan dirinya dari perasaan takut gagal adalah orang-orang yang paling berhasil yang pernah kita lihat.

Tapi ngomong-ngomong, apa sih sebenarnya definisi gagal itu? Gagal, secara sederhana adalah pandangan seseorang berdasarkan cara pandang orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kegagalan akan menjadi mustahil apabila kita yakin bahwa tidak ada suatu pekerjaan yang harus dikerjakan hanya dengan aturan tertentu dan sesuai arahan orang lain saja. Memang, dalam suatu kondisi terkadang kita gagal melakukan sesuatu hanya karena mengikuti cara pandang kita pribadi. Tetapi yang penting disini bukanlah menilai suatu pekerjaan dengan penilaian kita pribadi. Tidak berhasilnya kita dalam urusan tertentu bukan berarti kita telah gagal secara pribadi, namun hanya gagal dalam urusan itu saja pada saat itu.
Jangan khawatir dengan pandangan orang lain mengenai kita, juga cacian orang kepada kita. Namanya juga orang :D Ketika kita gagal untuk pertama kali atau lebih dari sekali, sebenarnya kita tidak perlu memikirkannya sama sekali. Jadikanlah kegagalan ini sebagai pintu menuju kesuksesan. Orang yang tidak pernah mengalami kegagalan satu kali pun dalam hidupnya secara umum tidak akan memperoleh keberuntungan dan kesuksesan. Kalaupun ada tentu hal itu sangat jarang, dan kita tidak bisa berpegangan dengan hal ini.

Semua orang besar pernah mengalami kegagalan dalam urusan mereka, karena bila tidak pernah gagal mereka tidak akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan kesuksesan hidup. Sebagaimana adanya kegagalan dalam hal tertentu, hal itu akan menjadikan kita mengenali titik-titik kelemahan dan kekuatan yang ada pada pribadi kita. Tentunya semua ini akan berguna untuk mengembangkan titik kekuatan kita dan menghilangkan titik kelemahan kita. Sudah menjadi kwajiban kita untuk dapat memisahkan dua hal ini, yaitu kegagalan dan kekuatan pribadi serta penghormatan pada diri pribadi. Maksudnya, kegagalan hendaknya sama sekali tidak menghilangkan penghormatan kita kepada kepribadian kita sendiri, karena kegagalan itu bukan berarti lemahnya kepribadian.

Bila seseorang tidak membedakan antara kegagalan dan kesuksesan berdasarkan penilaian pribadinya, maka semua itu akan menjadikannya tidak memiliki nilai kepribadian. Lihat saja perjuangan Nabi kita shollallohu 'alaihi wa sallam dalam mendakwahkan agama ini, jika di awal perjuangan beliau merasa gagal maka belum tentu kita mengenal agama ini. Atau contoh lain, Thomas Alfa Edison, seandainya ia menafsirkan bahwa semua pekerjaan yang ia lakukan adalah bukti kepakaran dirinya dan ia anggap sebagai kegagalan, maka ia akan berhenti berkarya dan gagal menyinari alam ini.

Perasaan takut gagal adalah batu sandungan yang akan menghalangi langkah kita menuju kemajuan, sehingga kita terbelenggu dalam keadaan cemas,  menyesal dan menderita karena banyaknya urusan. Semua itu intinya adalah karena kita takut gagal. Bukankah masih belum terlambat untuk menghilangkan perasaan ini? So let's go friends! Good luck ^_^

Rujukan: Positive Thinking, Adil Fathi Abdullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.