Jumat, 19 Agustus 2011

WANITA DAN HAID

Di pagi yang cerah ini pikiran saya melayang pada kejadian seorang teman bersama suaminya. Sang suami yang meski pekerjaannya bukan sebagai juru pijat maupun juru elus itu, sering mengelus dadanya jika melihat sikap istrinya sehari-hari. Ada saja yang menjadi alasan sang istri marah-marah, dari soal anaknya yang nakal, tidak cocok dengan sikap suami, tidak cocok dengan teman dan sebagainya. Hingga suatu hari sang istri pun marah-marah lagi, dan seperti biasa sang suami cuma bisa mengelus dada. Sang istri yang melihat respon suaminya akhirnya berkata, masih dengan nada tinggi: "Aku kan lagi haid baaaang (makanya marah-marah) !" Lalu dengan entengnya sang suami menjawab: "Ah, dikau haid nggak haid mah sama saja, marah-marah mulu..."  :p

Saya yakin bukan hanya dia yang menisbatkan kemarahannya kepada sosok bernama "haid." Bahkan diantara kita mungkin pernah melakukannya. Betul? Mari kita tengok, mengapa haid seringkali dijadikan kambing hitam oleh para wanita untuk alasan kemarahannya.

Ihwal ketegangan jiwa menjelang haid, maupun yang menyertai haid, sebenarnya tidak selalu menimpa setiap wanita. Biasanya terjadi pada wanita yang keseimbangan hormon tubuhnya timpang. Bentuknya bisa bermacam-macam, dari gelisah, mudah tersinggung, marah, muncul ketakutan, sukar tidur, nyeri kepala, perut kembung, bahkan sampai mual dan muntah. Lebih parahnya lagi, bahkan ada juga yang mengaku cenderung suka mengutil (cleptomania) dan rentan mengalami kecelakaan (accident proneness). Ketegangan jiwa menjelang haid inilah yang populer dengan sebutan PMS atau premenstrual tension syndrom.

Estrogen, hormon yang mulai dihasilkan semasa pubertas dan terus naik-turun sepanjang siklus haid, inilah yang disinyalir bertanggung jawab terhadap timbulnya PMS tersebut. Baik itu sosok tubuh, kinerja seksual, karakteristik kewanitaan, perangai sosial dan corak kepribadian wanita, semua itu dibentuk, diatur dan dipengaruhi sedikitnya oleh empat hormon seks. Tetapi, estrogen itulah hormon wanita yang paling dominan melakukan perannya. Oleh karena itu jangan heran jika kaum Adam menyebut kita sebagai "kaum misterius." Memang sepanjang hidup wanita, fluktuasi naik turunnya hormon seks harian dan bulanan menjadikan penampilan wanita lekas berubah-ubah, mood wanita cepat mengalami pasang-surut.

Lalu bagaimana estrogen melakukannya? Pertanyaan tersebut masih menjadi PR yang tak mudah diselesaikan oleh para ahli, terutama karena patokan kadar estrogen "normal" tak kunjung ditemukan. Yang jelas, estrogen memainkan peran yang cukup penting pada tubuh wanita, termasuk di area otak yang mengontrol emosi. Menurut catatan, estrogen dapat meningkatkan kadar dan reseptor serotonin di otak, memodifikasi produksi dan pengaruh hormon endorfin (senyawa otak yang dapat membangkitkan perasaan ceria), serta melindungi dan menstimulasi perkembangan syaraf.

Menariknya, meski peran tersebut bersifat protagonis, justru kelebihan estrogen membawa pengaruh buruk bagi mood wanita. Para ahli pun dibuat angkat tangan, dan hanya bisa berkomentar, bahwa estrogen membawa pengaruh yang bervariasi bagi kaum Hawa tergantung dari seberapa rentan wanita tersebut terhadap fluktuasi hormon.

Serupa tapi tak sama, adalah pre-menstrual dyphoric disorder (PMDD). Meski boleh dikatakan sebagai bentuk parah PMS, insidensi PMDD jauh lebih rendah, hanya mengintai 3-9% wanita. Perbedaan yang paling mencolok adalah kelainan mood pada PMDD jauh lebih parah, sementara gejala fisiknya justru sering terselubung. Dalangnya, sekali lagi, mengarah kepada estrogen, meski mekanismenya belum jelas. Asumsi sementara, cara estrogen berkomunikasi dengan bagian-bagian di otaklah yang memicu timbulnya gangguan tersebut.

Nha, melihat keterangan di atas, kita tahu ternyata estrogenlah dalang kemarahan wanita PMS itu (di luar yang memang tabiatnya yah :p ), estrogenlah yang berperan besar dalam mengatur suasana hati wanita. Lantas bisa tak gangguan itu disembuhkan? Mm...sayangnya para ahli sampai saat ini belum bisa menemukan cara ampuh untuk mengontrol hormon tersebut, yakni supaya wanita tidak lagi menjadi sosok yang "misterius." Yang bisa kita lakukan saat ini adalah tindakan untuk meredakannya, antara lain dengan cara lebih banyak mengkonsumsi kalsium. Selama seminggu menjelang haid batasi konsumsi garam dapur, dan biasanya jika kita ke dokter maka akan diresepkan obat penuras kencing (diureticum) dan tablet hormon golongan progesteron. Tapiii...apapun itu resepnya, yang pertama tetap harus kita ambil adalah sikap iman dan takwa. Kalau orang Jawa bilang: "Mbokyo sabaar jeeeng...nyebuuut...nyebuuut...! Istighfaaarr...!" ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.