Kamis, 18 Agustus 2011

JIWA MANUSIA

Banyak hal yang tidak aku ketahui dalam kehidupan ini, bahkan teramat sangat banyak sekali banget! Salah satunya adalah jiwa. Ketidakmengertianku soal jiwa semakin memuncak ketika aku harus mengantar seorang teman ke Rumah Sakit Jiwa. Siang dia datang ke rumah dalam kondisi seperti orang bingung, sorenya orang tuanya yang datang ke rumah, memintaku untuk membujuknya ke RSJ. Sejak masih berada di dalam rumahnya, dalam perjalanan, hingga tiba di RSJ, dia terus menangis, berteriak-teriak, mondar-mandir, gelisah dan memukul-mukul tubuhnya, bahkan sesekali memukul tubuhku jika aku tidak memberikan perhatian lebih terhadapnya. Ironisnya, yang dia teriakkan saat itu adalah kalimat istighfar dan nama Alloh. Alisku dibuatnya terus berkerut, menahan kebingungan yang semakin menjadi. Demikian juga saudaranya yang menemaniku mengantarkan ke rumah sakit, bukan lagi bingung, tapi mulai menunjukkan kekesalannya, "Ada apa sih?! Orang tidak ada apa-apa kok?! Udah diam! Malu tau!" Subhanalloh.

Sebenarnya apa sih jiwa itu? Mengapa dia bisa menyebabkan seseorang merasa bahagia tetapi bisa juga menyebabkan seseorang sangat menderita, padahal fisik mereka sama-sama utuh? Ada apa sebenarnya dengan jiwa? Inilah sedikit tulisan yang aku peroleh dari beberapa referensi Islam.

Ternyata keberadaan jiwa dalam diri manusia itu telah diakui oleh ilmu pengetahuan di dunia ini. Diakuinya adanya jiwa dalam diri manusia, maka ilmu pengetahuan menyediakan cabang ilmu khusus yang dikenal dengan ilmu jiwa atau psikologi. Yang menjadi persoalan adalah apakah jiwa itu substansi, yang merupakan unsur asal, hakikat dari yang ada yang berdiri sendiri, ataukah ia hanya merupakan fungsi atau aktivitas fisiologis semata?

Ilmu pengetahuan tidak akan mampu mengungkap hakikat rahasia jiwa. Hal itu terjadi karena wilayah kerja obyek ilmu pengetahuan hanya dibatasi pada sesuatu yang bersifat materi, bisa diindera, dan dieksperimen. Sedangkan jiwa adalah hal yang bersifat immaterial. Wilhelm Wund (1832-1920), pakar ahli jiwa, pernah mencoba meneliti hakikat jiwa di laboratorium Universitas Liepzig, namun tidak bisa membuktikannya. Ia hanya bisa menemukan gejala jiwa berupa perilaku, behavior manusia, yang merupakan ekspresi dari jiwa itu.

Jika dikatakan pada seseorang, "Fulan itu bagus penciptaannya dan bagus pula akhlaknya," maka yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah bagus zhahir dan batinnya. Karena memang manusia terangkai dari raga dan jiwa. Raga bisa mengetahui dengan penglihatan mata, sedangkan jiwa bisa mengetahui dengan bashiroh (mata hati). Masing-masing memiliki bentuk dan gambaran sendiri-sendiri, bisa baik dan bisa buruk. Jiwa yang bisa mengetahui dengan mata hati, lebih besar kedudukannya daripada jasad yang bisa mengetahui dengan penglihatan mata. Karena itu Alloh mengagungkan urusannya, dengan firman, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." (QS SHOOD:71-72).

Alloh mengingatkan bahwa jasad itu dikaitkan dengan tanah, sedangkan ruh (jiwa) dikaitkan dengan Alloh. Akhlak merupakan ungkapan tentang kondisi jiwa, yang begitu mudah bisa menghasilkan perbuatan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jika perbuatan itu baik, maka disebut akhlak yang baik, dan jika buruk disebut akhlak yang buruk.

Perumpamaan pengobatan jiwa itu seperti pengobatan badan. Sebagaimana badan yang tidak diciptakan dalam keadaan sempurna, yang bisa dibuat sempurna dengan latihan dan makanan, begitu pula jiwa yang diciptakan dalam keadaan kurang, namun bisa dibuat sempurna, yaitu dengan pensucian dan membimbing akhlak serta menyuapinya dengan ilmu. Sebagaimana badan yang sehat, maka dokter tinggal menganjurkan untuk menjaga kesehatan itu. Jika badan sakit, maka ia akan berusaha menyempurnakannya. Begitu pula jiwa yang suci, bersih dan baik akhlaknya, maka keadaan ini harus tetap dijaga dan semakin diperkuat. Jika jauh dari gambaran kesempurnaan, maka ia harus diusahakan untuk disempurnakan.

Bila kita melihat kondisi masa kini, ternyata kecemasan jiwa selalu menempati posisi puncak di antara beberapa penyakit masa kini. Alquran dan assunnah telah mencakup kaidah-kaidah berharga bagi orang yang mengikuti dan menerapkannya agar tidak mengalami kecemasan jiwa seperti yang dialami sebagian besar masyarakat saat ini. Yang sangat diperlukan orang yang melatih jiwanya sendiri adalah kekuatan hasrat. Selagi hasratnya maju mundur tentu dia tidak akan berhasil, maka bersabarlah pada saat merasa hasrat melemah. Apabila iman telah meresap dalam hati, tentu akan menghidupkan hati yang mati dan membangkitkan ketentraman serta ketenangan.

Selanjutnya? Firman Alloh,"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS AL ISRO':85)

Berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.