Kamis, 18 Agustus 2011

PERINTAH UNTUK BEROBAT

Walaupun jaman semakin maju dan segala keperluan manusia tersedia, tetapi masih saja ada orang yang tidak mau berobat ketika jatuh sakit. Inilah beberapa contoh alasan mereka yang tidak mau berobat:
- Sakitku ini akan menghapus dosa-dosaku dan hal itu menjadi kebaikan untuk dunia dan akheratku.
- Sakit itu sudah tertulis di catatan takdir sehingga tidak ada yang bisa menolaknya. Dan aku pun harus rela dengan takdirku, termasuk dengan kondisi sakitku ini.
- Berobat itu mahal. Ketemu dokternya saja mahal, apalagi bayar obatnya.

Apakah alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan untuk menolak berobat? Kata 'berobat' mempunyai makna melakukan sesuatu (usaha) untuk menyembuhkan penyakit, dan caranya bukan berarti harus menggunakan barang-barang kimia also known as pill. Untuk berobat tidak harus bertemu dokter dan disuruh minum pil, disuntik dan minum obat-obat kimia lainnya. Banyak cara menuju sehat. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam sendiri memberikan tuntunan dengan cara mengobati diri sendiri dan memerintahkan penanganan siapapun yang sakit. Hanya saja beliau tidak memberi petunjuk cara pengobatan dengan menggunakan obat-obat ramuan maupun pharmacy. Para dokter pun sudah sepakat bahwa siapa yang bisa disembuhkan dengan makanan maka dia tidak perlu disembuhkan dengan obat, dan siapa yang bisa disembuhkan dengan obat sederhana maka tidak perlu menggunakan obat yang bermacam-macam. Bahkan para dokter sendiri banyak menyatakan, bahwa ilmu mereka tentang pengobatan hanya sekedar analogi. Ada pula yang mengatakannya sebagai percobaan semata. Jika hal ini dibandingkan dengan wahyu yang diterima para rosul dari Alloh, tentu sangat jauh berbeda. Disana ada obat-obat yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, yang sama sekali diluar pemikiran para dokter.

Lalu bagaimana bimbingan Islam terhadap orang sakit, benarkah tidak dianjurkan untuk berobat? Di dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam pernah didatangi beberapa orang badui, seraya bertanya, "Wahai Rosululloh, apakah kami harus berobat?" Beliau menjawab, "Benar wahai hamba-hamba Alloh, berobatlah kalian, karena Alloh tidak menciptakan suatu penyakit melainkan juga menciptakan penyembuhnya, kecuali satu saja." "Apa itu?", mereka bertanya. Beliau menjawab, "Ketuaan."

Dari Jabir bin Abdulloh, dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Setiap penyakit ada obatnya. Jika obatnya sesuai dengan penyakitnya, maka dengan seizin Alloh penyakit itu akan sembuh." (HR Muslim).

Di berbagai hadis shohih lain pun telah disebutkan perintah untuk berobat, dan hal ini tidak bertentangan dengan tawakal, seperti halnya menolak rasa lapar, haus, panas, dingin dan sebagainya dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Alloh telah menetapkan sebab dan akibat. Siapa yang memperhatikan penciptaan hal-hal yang saling berlawanan di alam ini, yang satu melawan yang lain, yang satu menolak yang lain, yang satu bisa bercampur dengan yang lain, tentu dia akan mengetahui kesempurnaan ketentuan dan hikmah Alloh.

Adapun pengobatan yang dilakukan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam terhadap penyakit ada tiga macam: dengan obat-obat alami, dengan penyembuhan Ilahy, dan dengan penggabungan dua cara tersebut bersama-sama.

Di dalam Shohih Al Bukhori disebutkan dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Penyembuhan itu ada tiga macam, minum madu, berbekam dan sundutan api, dan aku melarang umatku sundutan dengan api." Hadis tersebut merupakan isyarat tentang tahapan penyembuhan, yang dimulai dengan meminum obat. Jika obat yang diminum kurang efektif, maka tahapan berikutnya ialah dengan berbekam, dan tahapan yang terakhir adalah dengan sundutan api. Ini merupakan isyarat tentang penggunaan sundutan api diperbolehkan jika cara penyembuhan sebelumnya tidak efektif, agar tidak ada ketergantungan padanya, atau cara ini tidak langsung digunakan sebelum cara-cara lain.

Disebutkan pula di dalam Ash Shohihain, dari hadis Amir bin Sa'd bin Abi Waqqosh, dari ayahnya, dia berkata, "Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang sarapan dengan tujuh buah korma Aliyah (tempat di Madinah), maka pada hari itu dia bisa terhindar dari dampak racun dan sihir."

Dan masih banyak lagi hadis-hadis lain yang menganjurkan kita untuk berobat. Bahkan hakikat tauhid tidak dianggap sempurna kecuali dengan memperhatikan sebab yang telah ditetapkan Alloh dan yang sesuai dengannya. Mengabaikan sebab ini justru bisa dianggap mengotori tawakal itu sendiri.
Wallohu a'lam.


Maroji':
Mukhtashor Zaadul Ma'ad, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.