Sabtu, 13 Agustus 2011

JANGAN KATAKAN HAL BERIKUT

Terkadang kita tidak habis pikir dengan sesuatu yang kita hindari tetapi justru menimpa kita, akhirnya kita kesal, bahkan ada diantara kita yang akhirnya mencela Alloh dan takdirNYA. Juga ketika kita mendapati banyak hal pada zaman ini yang tidak kita sukai, seketika meluncur kalimat yang mencela zaman, "Emang zaman edan!" Atau saat kita secara tiba-tiba tersandung batu, tertimpa sesuatu maupun terkena musibah lainnya, bahkan saat kita merasa berpikiran buruk, terkadang secara spontan lesan pun mengucap kalimat yang mencaci syetan.

Takdir memang kejam!
Zaman edan!
Zaman udah bobrok!
Alloh tidak adil!
Alloh jahat!
Setan keparat!
Terkutuklah setan!
Dan kalimat lain yang serupa dengannya, semua itu tidaklah pantas kita ucapkan.

Mencaci Alloh Ta'ala adalah perbuatan haram yang merupakan kekufuran, dan ini adalah ijma' di kalangan ulama. Mencaci Alloh berarti merendahkan Alloh. Jadi setiap yang merendahkan Alloh baik dengan ucapan, perbuatan atau kalbunya adalah perbuatan dosa. Karena, iman itu adalah beriman kepada Alloh dengan sifat-sifatNYA yang sempurna dan rububiyahNYA yang sempurna (bahwa Alloh berkuasa, mencipta, memberi rizki, mengatur dsb).

Diantara perkataan lainnya yang dilarang ialah memperuntukkan celaan kepada sesuatu yang tidak layak menerimanya, seperti mencela takdir dan zaman (waktu). Dalam hal ini Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Alloh Azza wa Jalla berfirman, 'Anak Adam menyakiti Aku, karena ia mencaci zaman. Aku adalah zaman, di TanganKU segala urusan, Aku membalik malam dan siang'." (HR. AL BUKHORI dan MUSLIM)

Di dalam salah satu kitabnya, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah menjelaskan, dalam ucapan yang dilarang terkandung tiga macam keburukan:
-zaman adalah ciptaan Alloh yang ditundukkan dan patuh kepadaNYA. Orang yang mencaci zaman lebih layak dicaci daripada cacian terhadap zaman tsb.
-caciannya mengandung syirik, karena dia mencaci zaman dengan anggapan bahwa zaman itu bisa memberi manfaat dan mudhorot.
-Penguasa zaman adalah yang berhak memberi dan menahan, merendahkan dan meninggikan. Zaman tidak mempunyai kuasa apa pun. Maka caciannya terhadap zaman sama dengan mencaci Alloh, dan yang demikian ini menyakiti Alloh.

Lalu apa yang salah dengan mencaci syetan, bukankah syetan memang layak untuk dicaci? Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan, 'Celakalah syetan.' Karena dengan begitu ia bisa membesar hingga menjadi sebesar rumah, lalu syetan berkata, 'Dengan kekuatanku aku bisa mengalahkannya.' Tetapi hendaklah ia mengucapkan, 'Dengan nama Alloh.' Karena dengan begitu ia mengecil hingga menjadi seperti seekor lalat." (HR. ABU DAUD dan AHMAD). Dalam hadis lain disebutkan, "Sesungguhnya jika hamba melaknat syetan, maka syetan berkata, 'Sesungguhnya engkau benar-benar melaknat orang yang memang layak untuk dilaknat'." Dengan mencaci syetan berarti kita telah membuat syetan senang, besar kepala, semakin semena-mena serta sama sekali tidak memberikan manfaat kepada kita yang mengatakannya. Demikianlah, jika manusia merasa marah dan benci terhadap cacian, maka sebaliknya dengan syetan, syetan semakin dicaci justru semakin suka dan membesar. Syetan yang memang pada asalnya sudah sombong, janganlah kita tambah lagi kesombongannya dengan mengumpat dan mencacinya. Bukankah syetan adalah musuh yang sebenar-benarnya bagi kita? Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan, bahwa jika kita mendapatkan bisikan syetan, hendaklah kita mengingat Alloh, menyebut namaNYA, dan berlindung kepadaNYA dari godaan syetan. Tentu hal demikian lebih bermanfaat bagi kita dan dibenci syetan.

Sebagai seorang muslim seharusnya kita mengoreksi diri, apakah kita telah mensyukuri nikmat-nikmat Alloh Ta'ala yang tidak terhitung banyaknya, dan bukan malah mengoreksi Alloh Ta'ala. Seharusnya kita malu dan takut kepada Alloh karena kita masih kurang dalam memuji dan mengagungkanNYA, dibandingkan dengan nikmat yang telah dianugerahkanNYA kepada kita. Setiap hukum yang Alloh tetapkan, baik berupa hukum syariat maupun kejadian-kejadian yang ditakdirkan, adalah selalu disertai suatu hikmah sempurna yang menunjukkan kebijaksanaan Alloh. Alloh berfirman, "Tidak dipertanyakan apa yang Alloh perbuat, sedangkan hamba-hamba akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan mereka." (QS AL ANBIYA:23).

Oleh karena itu, sejak sekarang mari kita berhati-hati dalam berucap, apalagi dalam mencaci segala sesuatu. Jangan sampai kita menjadi hamba yang merugi dan dijauhkan dari rahmat Alloh hanya karena ucapan kita yang buruk. Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya ada seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan murka Alloh, diucapkan tanpa kontrol akan tetapi menjerumuskannya ke neraka." (HR. AL BUKHORI). Adapun bagi kita yang pernah melakukannya, hendaklah bersegera untuk bertaubat dan mengharap ampunanNYA. Firman Alloh Ta'ala, "Katakan (wahai Nabi): 'Wahai hamba-hamba Alloh yang telah berlebih-lebihan melakukan dosa yang berakibat kepada dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengampuni seluruh dosa (bagi yang bertaubat)'." (QS AZ ZUMAR:53).
Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.