Sabtu, 06 Agustus 2011

INILAH YANG TERBAIK BAGIKU

Seperti kita ketahui bersama, kebanyakan manusia menyukai kenikmatan dan membenci penderitaan. Jika diberi hal-hal yang menyenangkan jiwa kita bergembira dan jika diberi kesusahan kebanyakan kita mengeluh.Padahal kenikmatan dan penderitaan disini hanya menurut anggapan kita saja, pandangan kebanyakan manusia. Adapun hakekatnya maka hanya Alloh Ta'ala Yang Maha Tahu. Jika sudah demikian, pantaskah kita merasa lebih tahu dan lebih berhak menentukan pilihan di atas ketetapan Alloh? Masihkah kita ingin agar apa yang kita sukai lebih tinggi dari apa yang Alloh sukai? Dan masihkah kita ingin apa yang kita kehendaki lebih tinggi dari apa yang Alloh kehendaki? Untuk itu mari kita simak bersama sebuah kisah yang saya ambil dari Mukhtashor Minhajul Qoshidin karya Al Imam Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrohman bin Qudamah Al Maqdisy. Mudah-mudahan dengan membacanya kita bisa mengambil banyak faidah yang terdapat di dalamnya. Selamat menyimak.

Sa'id bin Al Musayyab berkata, "Luqman berkata kepada anaknya, 'Wahai anakku, jika ada sesuatu yang menimpamu, entah engkau sukai atau engkau benci, maka katakanlah di dalam hatimu bahwa itu adalah yang terbaik bagimu'."
Anak Luqman berkata, "Yang seperti ini belum bisa kucerna sebelum aku bisa mengetahui apa yang ayah katakan itu memang benar seperti itu."
"Wahai anakku, sesungguhnya Alloh telah mengutus seorang nabi. Maka marilah kita menemuinya. Karena dia akan menjelaskan apa yang kukatakan kepadamu."
"Kalau begitu bawa aku untuk menemuinya," kata anak Luqman.

Setelah mempersiapkan bekal yang mencukupi, Luqman dan anaknya berangkat sambil menunggang keledainya masing-masing. Mereka berdua menempuh perjalanan yang cukup jauh hingga berhari-hari. Mereka mengarungi padang pasir yang luas membentang dan terus melanjutkan perjalanan. Ketika tiba tengah hari, panas matahari membakar ubun-ubun, air dan bekal sudah habis, keledai yang ditunggangi juga sudah melemah, mereka pun turun dari punggung keledai lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Tatkala keadaan mereka seperti itu, tiba-tiba Luqman melihat bayang-bayang hitam di hadapannya dan asap yang mengepul. Dia berkata di dalam hati, "Bayang-bayang hitam adalah pepohonan dan asap yang mengepul adalah daerah perkampungan."

Selagi keadaan mereka berdua benar-benar sudah payah dan letih, tiba-tiba anak Luqman menginjak sepotong tulang yang tergeletak di atas tanah, hingga menembus telapak kakinya dan ujungnya mencuat ke atas. Seketika itu pula anak Luqman tersungkur ke atas tanah, pingsan. Luqman yang melihat anaknya tersungkur, langsung memeluknya, mencabut tulang yang menancap di telapak kaki anaknya dengan menggunakan giginya, menyobek kain tutup kepalanya dan membalutkannya ke telapak kaki anaknya. Dia memandangi wajah anaknya sambil menangis dan air matanya mengenai pipi anaknya, sehingga membuatnya sadar kembali. Anaknya melihat ayahnya sedang menangis, lalu dia berkata, "Wahai ayah, ayah menangis dan ayah pula yang berkata, 'Yang demikian inilah yang terbaik bagiku'. Lalu bagaimana dengan ucapan itu sementara ayah sendiri menangis? Sementara makanan dan minuman kita sudah habis. Tinggal saya dan ayah di tempat ini."
Luqman berkata, "Tentang tangisku ini wahai anakku, maka aku ingin menebus dirimu dengan seluruh bagianku di dunia ini. Bagaimana juga aku adalah seorang ayah yang memiliki rasa sayang sebagai ayah. Tentang perkataanmu, 'Bagaimana mungkin hal ini merupakan yang terbaik bagiku?', boleh jadi yang dipalingkan darimu lebih besar dari musibah yang menimpamu, dan boleh jadi apa yang menimpamu lebih ringan dari apa yang dipalingkan darimu."
Selagi keduanya sedang berbincang, tiba-tiba Luqman memandang ke arah depan. Bayangan hitam dan kepulan asap yang dilihatnya tadi tidak tampak lagi. Dia berkata di dalam hati, 'Aku tidak melihat sesuatu pun." Lalu dia berkata lagi, "Tidak, aku telah melihat. Boleh jadi Allohlah yang telah menciptakan apa yang telah kulihat tadi."

Saat sedang berpikir, tiba-tiba dia melihat seorang yang menunggang seekor kuda yang amat gagah, mengenakan pakaian serba putih. Orang yang datang tersebut muncul secara seketika. Sebelumnya Luqman tidak melihat bayangan kehadirannya, namun secara tiba-tiba saja orang itu sudah ada di hadapannya. Orang yang berpakaian serba putih tersebut mundur sedikit lalu bertanya, "Bukankah engkau Luqman?"
"Benar," jawab Luqman.
"Apa yang dikatakan anakmu yang bodoh itu?"
"Wahai hamba Alloh, siapakah engkau ini? Aku tidak pernah mendengar suaramu dan tidak melihat wajahmu."
"Aku adalah Jibril. Tidak ada yang bisa melihatku kecuali malaikat yang mendekatkan diri kepada Alloh atau nabi yang diutus. Sekalipun begitu, engkau masih bisa melihatku. Lalu apa yang dikatakan anakmu yang bodoh itu kepadamu?"
Luqman balik bertanya, "Apakah engkau tidak mengetahuinya?"
Jibril menjawab, "Aku tidak tahu sedikitpun urusan kalian berdua. Hanya saja aku akan melindungi kalian berdua saat orang-orang datang kepadaku. Robbku telah memerintahkanku untuk menjungkirbalikkan kota itu seisinya. Sementara orang-orang mengabarkan bahwa kalian hendak datang ke kota itu. Lalu aku berdoa kepada Robbku agar Dia menahan kalian menurut kehendakNYA, agar aku bisa menyusul kalian.Maka Dia menahan kalian hingga aku dapat menyusul kesini, dengan musibah yang menimpa anakmu. Kalau tidak ada musibah ini, tentu kalian sudah lumat bersama lumatnya kota yang kalian tuju."

Kemudian Jibril mengusapkan tangannya ke kaki anak Luqman, dan seketika itu pula sembuh sehingga dia bisa berdiri tegak seperti sedia kala. Jibril juga mengusapkan tangannya ke kantong makanan yang sudah kosong, sehingga terisi lagi makanan, mengusapkan tangan ke kantong air yang sudah kosong, sehingga terisi air lagi. Keledai mereka juga diusap hingga menjadi kuat. Setelah Luqman dan anaknya naik ke atas punggung keledai masing-masing, keledai itu melesat seperti burung, hingga tiba kembali di rumah yang telah mereka tinggalkan berhari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.