Senin, 01 Agustus 2011

MAKANAN DAN KEPRIBADIAN

Makanan di dalam Islam adalah hal yang sangat prinsip. Kita bisa menemukan banyak ayat di dalam Alquran yang berkenaan dengan makanan (serta minuman tentunya). Alquran menekankan dua sifat makanan yang dapat dikonsumsi yaitu boleh (halal) dan baik (thoyib). Bahkan di dalam beberapa ayat dinyatakan bahwa makanan tidak hanya berfungsi untuk menjaga kesehatan fisik saja tetapi juga berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian seseorang. Orang yang suka mengkonsumsi makanan haram dan kotor biasanya akan bertabiat kasar, keras, suka menyakiti dan mengganggu orang lain serta cenderung sukar menerima kebenaran. Hal tersebut berlaku bagi cara mendapatkannya maupun jenis makanannya.
"Katakanlah, 'Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Alloh. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS AL AN'AM:145)

Mungkin ada di antara pembaca yang pernah mencermati perilaku dan kepribadian seseorang dari makanannya, seperti sikap dan emosinya. Jika dicermati, maka kita akan bisa memahami keberadaan hubungan tersebut dan bisa menemukan perbedaan satu dengan lainnya, walaupun semuanya dalam katagori sama-sama makanan halal dan baik. Orang yang selalu (suka) makan daging misalnya, akan berbeda dengan orang yang selalu (suka) makan buah dan sayuran. Hal ini pun berlaku untuk berbagai jenis dan rasa makanan yang lain. Jadi dugaan kita selama ini bahwa penentu kepribadian seseorang adalah DNA, latar belakang pendidikan dan pengasuhan semata tidaklah 100% benar.

Ahli psikologi menemukan bahwa ada hal lain yang memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian kita. Para ahli menamainya profil zat kimia otak, yaitu suatu susunan zat kimia unik dari otak yang menentukan siapa kita dan mengapa kita bertindak seperti yang kita lakukan. Begitu menurut Michael Lesser, M.D., dalam bukunya The Brain Chemistry Plan.

Para ahli meminta ratusan orang untuk mengisi daftar pertanyaan dan menemukan kebanyakan dari mereka termasuk satu dari empat kelompok kepribadian. Sesudah itu darah mereka diperiksa untuk mengukur berbagai zat kimia otak. Menurut Dr Lesser, para ahli menemukan, sifat-sifat kepribadian tertentu secara konsisten cocok dengan kadar zat-zat kimia tertentu di dalam otak orang tersebut. Riset baru juga menemukan, apa yang kita makan berpengaruh hebat pada kadar zat kimia tersebut. Menurut Dr Lesser, masing-masing profil zat kimia otak memerlukan nutrisi unik tersendiri. Kita akan merasa menjadi diri kita yang terbaik jika makan sesuai kepribadian kita. Dengan mengenali profil zat kimia otak kita beserta kekuatan dan kelemahannya, kita akan bisa tahu apa persisnya yang harus kita lakukan dan kita makan untuk mengubah zat kimia tersebut dan memaksimalkan kebahagiaan.

Bahkan tidak hanya itu, menurut Alan R Hirsch, M.D, Kepala Smell and Taste Treatment and Research Foundation di Chicago, rasa lapar terhadap makanan tertentu juga bisa mengindikasikan kepribadian seseorang. Hirsch tidak tanggung-tanggung, penulis buku What Flavor Is Your Personality? ini meneliti 18.000 orang berusia 25 tahun untuk sampai pada kesimpulan tersebut.

Walaupun demikian, tidak semestinya kita bermudah-mudahan menghukumi karakter seseorang hanya karena kita melihat kebiasaan dan kesukaan makannya semata. Sekali lagi, banyak faktor penentu kepribadian seseorang, adapun makanan hanya salah satu di antaranya saja. Dan jadikan informasi ini untuk memacu kita agar lebih berhati-hati dalam memilih makanan, baik jenis maupun cara mendapatkannya.
Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.