Rabu, 27 Juli 2011

KETIKA ORANG LAIN TERTIMPA MUSIBAH

Musibah atau celaka atau bencana atau malapetaka atau tulah atau bala' adalah sama saja, semua itu sama-sama memiliki makna sesuatu yang tidak disukai oleh jiwa. Bentuknya bisa bermacam-macam, antara lain cacat fisik, bencana alam, kebakaran, kehilangan, penyakit, keguguran (janin), kemalingan, jatuh, tertipu, dipecat, berpisah dengan kekasih hati, dan lain-lain, bahkan tercemarnya nama baik dan jatuhnya harga diri juga merupakan bagian dari musibah.

Tak ada manusia yang luput dari musibah, hanya kadar dan jenisnya saja yang mungkin berbeda-beda. Berbagai musibah hampir kita dengar setiap hari, baik yang menimpa kerabat kita maupun orang lain. Saat kita mendengar orang lain tertimpa musibah, ada berbagai perasaan yang kita alami, ada rasa ngeri, takut, merinding, jijik, sedih, bahkan seakan-akan hati kita mencela musibah tersebut dan membenci hal itu terjadi pada diri kita. Akan halnya dengan orang yang hatinya ada penyakit, dia justru berbahagia atas penderitaan orang lain, merasa sombong dan lebih mulia sehingga merendahkan dan mencela orang yang sedang terkena musibah, tak jarang dia berkata, "Rasain loe, belagu sih!" atau "Emang udah nasib loe, apes muluu!" Termasuk golongan yang manakah kita? ^^

Sekalipun kita tidak pernah menghina dan merendahkan orang yang tertimpa musibah, pernah tidak suatu hari justru kita tertimpa musibah yang sama seperti orang tersebut? Misalnya, hari ini kita melihat seseorang tertipu, eh beberapa hari kemudian ternyata kita tertipu juga. Atau kemarin kita habis mendengarkan berita orang-orang yang diPHK, eh ternyata hari ini giliran kita yang diPHK. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Pernahkah? Kebanyakan dari kita pasti pernah mengalaminya, apapun bentuknya.

Lalu bagaimana dong solusinya supaya kita tidak tertimpa musibah juga? Berlindung. Ooh maksudnya kalau ada orang tertimpa musibah kita berkata "amit-amit jabang bayi" sambil pegang perut gitu yah ukhty? Hehe bukan demikian tentu caranya akhowaty sayang... ^_^

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam telah membimbing kita dalam segala hal, termasuk juga mengajarkan bagaimana seharusnya sikap kita ketika melihat orang yang tertimpa musibah. Sabda beliau shollallohu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang melihat seorang yang terkena bala' (musibah) lantas mengatakan: (Alhamdulillahilladzii 'aafaanii mimmabtalaaka bihi wa fadhdholanii 'alaa katsiirin mimman kholaqo tafdhiilaa)  'Segala puji bagi Alloh yang telah menyelamatkanku dari apa yang Dia timpakan padamu dan benar-benar telah melebihkanku atas kebanyakan dari ciptaanNya', maka bala' itu tidak akan menimpanya." (HR At Tirmidzi)

Dengan membaca doa yang diajarkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam tersebut insyaAlloh kita akan terbebas dari musibah yang kita saksikan atau kita dengar tersebut. Dan kita harus meyakininya, karena tidaklah beliau bersabda kecuali sesuai dengan wahyu Alloh.

Akan tetapi, walaupun dzikir/doa ini berasal dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam, bukan berarti kita berhak menggunakannya semau kita tanpa memperdulikan adabnya. Ucapkanlah dzikir tersebut secara sirr, yakni hanya kita sendiri saja yang mendengar ucapan tersebut. Janganlah kita memperdengarkan dzikir tersebut kepada orang yang tertimpa musibah, agar perasaannya tidak tersakiti. Diperbolehkan memperdengarkannya hanya apabila musibah tersebut berupa kemaksiatan, yang hal ini bertujuan sebagai teguran baginya, itu pun selama tidak dikhawatirkan akan timbul dampak buruk dari hal ini. Adab kita terhadap orang yang tertimpa musibah adalah sudah seharusnya kita berempati terhadapnya, memberi bantuan semampu kita, menghiburnya, memberi semangat kepadanya serta mendoakan kebaikan baginya. Adapun salah satu wujud empati adalah kita turut merasakan kesedihannya seolah-olah kita ikut tertimpa musibah tersebut. Sehingga kita menempatkan doanya pun tak jauh berbeda sebagaimana posisi orang tersebut, misalnya: innaalillahi wa innaa ilaihi rooji'uun, qodarullohi wamaa syaa a fa'al, dsb sesuai kondisi dan jenis musibahnya. Atau kepada yang terkena musibah sakit, laaba'sa thohuurun insyaAlloh, syafakalloh, as alullohal'azhiim robbal'arsyil'azhiim an yasyfiyak (7x), dsb. Selanjutnya kita menghiburnya dengan hadis-hadis atau ayat-ayat penyemangat agar dia tidak terus hanyut dalam kesedihannya.

Nah, betapa Islam itu mengajarkan keselamatan dengan cara yang sangat lembut dan penuh adab bukan? Segala sesuatu dalam agama ini sudah diatur sedemikian rupa rapinya, bijak sana bijak sini pula, betul-betul sempurna! Siapa yang tidak bangga menjadi pemeluk agama Islam?! ^_^
Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.