Kamis, 28 Juli 2011

KETIKA COBAAN MENYAPA

Tak perlu kau iri hati melihat temanmu bermandikan perhiasan, sementara di luar sana masih banyak orang yang tidak memiliki tangan. Tak usahlah kau bersedih karena tidak mempunyai sendal, sementara di luar sana masih banyak orang yang tidak memiliki kaki. Janganlah terus-menerus kau ratapi kepergian seseorang, sementara masih begitu banyak orang yang kehilangan seluruh anggota keluarganya.

Pernahkah engkau menyaksikan proses kelahiran seorang bayi dari perut ibunya? Perjalanannya menuju alam dunia ini ada yang (kita anggap) lancar,  banyak pula yang penuh rintangan. Ada yang harus terhenti dahulu di tengah perjalanannya, ada yang tercekik nyaris kehilangan nafasnya, ada yang harus dicapit dahulu kepalanya, dan sebagainya. Begitu tubuhnya merasakan udara dunia, rasa dingin tak tertahankan, tubuh pun gemetar menggigil. Belum lagi harus menjalani berbagai tindakan sang bidan yang dia rasakan semakin menyiksa kondisinya. Mengapa para bayi yang baru lahir saja harus mengalami penderitaan? Apa dosa mereka?

Sudah menjadi hal yang dianggap lumrah dalam masyarakat kita, suatu penderitaan, musibah dan segala sesuatu yang berasa tidak enak selalu dikaitkan dengan istilah dosa. Dia miskin karena dosanya, dia turun derajat karena kualat, dia cacat karena dosa nenek moyangnya, jodohnya jauh karena karmanya, dan sebagainya. Walaupun tidak seratus persen salah, tetapi anggapan tersebut pun tidak melulu benar adanya. Siapa yang tidak mengenal Nabi? Adakah di antara kita yang mengatakan bahwa para Nabi adalah orang-orang yang hina dan penuh dosa? Saya yakin semua sepakat menjawab tidak. Nabi dan para pengikutnya adalah orang-orang pilihan Alloh, mereka mendapatkan kemuliaan di sisi Alloh, bahkan di hadapan seluruh alam. Tapi mengapa justru mereka yang mengalami cobaan dan tantangan yang paling berat? Sampai disini, adakah di antara kita yang masih berpikiran bahwa para Nabi dan pengikutnya, yaitu orang-orang yang beriman, adalah orang-orang yang paling besar dosanya? Siapa saja yang menyangka bahwa jalan keimanan itu bagaikan jalan tol dan dihiasi bunga-bunga yang indah, maka dia belum memahami hakekat keimanan dan hal-hal yang menghalangi iman.

Tanpa cobaan, bagaimana kita bisa mengetahui keimanan kita dan dikatakan lolos dari saringan? Tanpa cobaan, dengan cara apa jiwa kita akan dibina, dibersihkan dan disembuhkan dari segala penyakit? Tanpa cobaan, bagaimana kita akan menambah bekal dan kedudukan kita di sisi Alloh?

Jika engkau masih terus menyalahkan bahwa semua cobaan yang terjadi pada seseorang adalah akibat dari dosanya, maka simaklah hadis Abu Huroiroh berikut ini. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Adam dan Musa saling berhujjah/berdebat. Musa berkata kepadanya: 'Hai Adam, engkau adalah ayah kami yang telah mengecewakan dan mengeluarkan kami dari surga.' Adam menjawab: 'Hai Musa, engkau yang telah dipilih Alloh dengan difirmankanNya dan telah menuliskan untukmu dengan tanganNya. Apakah engkau akan menyalahkan aku terhadap sesuatu yang telah ditentukan oleh Alloh sebelum diciptakannya diriku empat puluh tahun yang lalu?' Dalam hal ini Adam telah menyampaikan hujjah kepada Musa, diulang tiga kali."

Kehilangan maupun tidak memiliki sesuatu, penyakit, kecelakaan, semua bentuk tekanan, dan segala macam cobaan di dunia adalah masih dalam batasan kemampuan kita mengatasinya. Perhatikan firman Alloh dalam QS AL MU'MINUN ayat 62: "Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya." Dan juga dalam QS AL A'RAF ayat 42: "Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal solih, Kami tidak memikulkan kwajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." Akan tetapi jika seseorang memilih mengingkari nikmat Alloh, berputus asa dari rahmat Alloh dan tidak mau bersabar atas cobaanNya maka pada akhirnya ia akan menanggung balasannya. Firman Alloh dalam QS YUSUF ayat 87: "Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Alloh melainkan kaum yang kafir."

Sadarilah, ini dunia, bukan surga bukan neraka, segala sesuatu akan bergilir. Tidak melulu susah belaka, pun tidak ada bahagia tanpa diselingi duka. Hidup bagaikan roda, kadang di atas kadang di bawah. Dalam QS ATH THOLAQ ayat 7: "Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." Hibur Alloh lagi kepada kita dalam QS AL INSYIROH ayat 5-6: "Maka sesungguhnya kesulitan itu beserta kemudahan, sesungguhnya kesulitan itu beserta kemudahan."

Juga ingatlah selalu, tidak ada yang sia-sia dengan kesabaran yang kita usahakan, firman Alloh dalam QS YUSUF ayat 90: "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa dan bersabar tidak akan Alloh sia-siakan pahala mereka yang telah berbuat baik."

Nha, sudahkah engkau bersyukur hari ini...atau masih sedih karena tidak memiliki sendal? : p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.