Kamis, 28 Juli 2011

TEMAN: Diantara Cinta dan Benci

Kesan pertama begitu menggoda. Itulah yang mungkin ada dalam pikiran kita sebelum akhirnya kita mengenalnya lebih dalam. Dia ramah, baik, rajin ibadah, pinter dan berwawasan luas, bahkan sangat perhatian kepada kita. Betul-betul seorang sahabat yang sempurna! Beruntunglah kita menemukannya! Kita merasa tenang, bersyukur dan bahagia. Itulah kesan di bulan-bulan pertama kita mengenalnya. Selanjutnya?

Dia memang masih menampilkan kebaikannya, tetapi dia seringkali melukai hati kita dengan lidahnya. Dia sering mencela kita, merendahkan kita, selalu berburuk sangka kepada kita, menyakiti kita dengan perkataan-perkataan yang kita benci, dan juga memanggil kita dengan sebutan yang tidak kita sukai. Lebih dari itu, dia juga memfitnah kita, memutar balik fakta, dan melihat kesalahan dirinya berada pada diri kita. Dia menyuruh kita "ngaca" dan "tau diri" untuk hal-hal yang tidak kita lakukan. Sekuat apapun usaha kita untuk mengingatnya, kita tidak menemukan tuduhannya ada dalam diri kita, tetapi justru ada pada dirinya. Jika kita menjelaskan hal ini kepadanya, dia akan menjawab: "Memang semua manusia mencari benarnya sendiri, kamu melakukannya tapi kamu tidak merasakannya, bahkan kamu tidak mengakuinya!" Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun. Tuduhannya adalah sesuatu hal yang kita anggap tabu untuk melakukannya, tuduhannya adalah pantangan perbuatan kita, tuduhannya adalah sesuatu yang kita selalu berhati-hati agar jangan sampai kita melakukannya. Dan kita sudah sekuat tenaga mengingat-ingat perbuatan kita seluruhnya, dan sungguh tidak pernah kita dapatkan bahwa kita telah melakukannya seperti tuduhannya. Yang kita temui, justru dialah yang melakukannya, tetapi mengapa sekarang kita yang dituduh seperti itu? Kita pun dibuat pusing, meradang, bahkan ada yang akhirnya mencoba memaksakan diri untuk terus mengingat-ingat dan membenarkan ucapannya. Tidak cukup sampai disitu, kita pun akhirnya menyesali diri sendiri secara berlebihan, yang akhirnya tubuh dingin menggigil dan jatuh sakit.

Dia adalah orang yang paling PD (percaya diri) yang pernah kita temui. Dia adalah orang yang suka memuji dirinya sendiri dan merasa lebih baik dari orang lain. Dia adalah orang yang menganggap bahwa semua yang dilakukannya adalah benar, dan orang lain adalah tempatnya segala kesalahan. Dia nyaris tidak pernah meminta maaf atas segala perbuatannya yang menyakiti kita. Sekalipun dia minta maaf, maka itu hanya ada di permukaan saja, selanjutnya dia akan mengulangi kembali kesalahannya yang sama, bahkan membuat kesalahan yang lebih besar lagi. Dan yang sungguh aneh, dia tidak merasa menyesal dan malu jika kedapatan melakukan kesalahan, apalagi merasa bersalah.

Tidak jarang, dia membeberkan aib kita kepada orang-orang di belakang kita. Sama halnya saat dia membeberkan aib orang lain kepada kita, maka seperti itulah kita akan diperlakukan di belakang kita. Bahkan jika terjadi masalah dengannya, tak segan-segan dia menceritakan kepada manusia bahwa dirinyalah yang didholimi, sementara kesalahan terletak pada diri kita. Kita pun diadu domba antara satu dengan lainnya. Dan kita akan dibuatnya tidak mempunyai teman.

Dia adalah orang yang banyak mengatur hidup kita. Kita dilarang berteman dengan ABC. Kita dibuat agar kita selalu bergantung kepadanya. Tetapi disitulah kita merasa sangat diperhatikan dan muncullah benih cinta kita kepadanya. Kita selalu berusaha memaafkan kesalahannya, sepedih apapun hati kita. Kita berusaha membenarkan semua ucapannya, sekeras apapun nurani kita menentangnya. Bahkan kita rela untuk selalu menyalahkan diri kita sendiri atas perbuatan salah yang dilakukannya.

Sekarang. Lihat diri kita kawan! Kita tersiksa dengan kebaikan dan kejahatannya. Kita sudah tidak tahu berapa liter air mata kita keluar karena sikapnya, tetapi kita tidak bisa melepaskannya dengan dalih dia orang baik dan kita mencintainya. Bahkan kita berpikir, dia melakukan semua itu karena dia mencintai kita. Sadarlah kawan, kita sudah banyak kehilangan kebahagiaan yang semestinya bisa kita dapatkan tanpa dirinya. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Tali iman yang paling kuat adalah engkau mencinta karena Alloh dan membenci karena Alloh." Apakah orang yang menyalahi perintah Alloh hanya orang-orang kafir dan ahli bid'ah? Tidak kawan. Ibnu Qudamah menyebutkan yang ke tiga, yaitu orang durhaka, walaupun sebatas perbuatan dan bukan keyakinannya. Jika kedurhakaannya mengganggu orang lain, seperti dholim, marah-marah, memberi kesaksian palsu, menggunjing, mengadu domba dll, maka cara yang paling baik adalah menjauhinya, tidak berteman dengannya dan mengucilkannya.

Masih dari perkataan Ibnu Qudamah, jika dia merasa lalai lalu menyesali kedurhakaannya, maka kita harus menutupi kedurhakaannya. Namun jika terus-menerus durhaka, maka kita harus menunjukkan ketidaksukaan kita,  menjauh dan menghindarinya.

So kalau sudah begini? Nafsi nafsi aja deeh ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.