Kamis, 28 Juli 2011

WAHAI DIRI, SADARI KEKAYAANMU!

Dikisahkan ada seseorang yang mengadukan keadaan dirinya yang sangat miskin kepada seorang bijak. Dia benar-benar menampakkan kegundahan hatinya atas keadaannya itu. Orang bijak bertanya,"Sukakah jika engkau menjadi buta dan engkau mendapatkan 10.000 dirham?"
"Tentu saja tidak," jawab orang miskin.
"Sukakah jika engkau menjadi bisu dan engkau mendapatkan 10.000 dirham?"
"Tentu saja tidak," jawab orang miskin.
"Sukakah jika engkau menjadi gila dan engkau mendapatkan 10.000 dirham?"
"Tentu saja tidak," jawab orang miskin.
"Apakah engkau tidak merasa malu mengadu kepada Pelindungmu (Alloh), padahal engkau mempunyai barang yang nilainya sama dengan 50.000 dirham?" tanya orang bijak.


Dikisahkan bahwa ada orang yang benar-benar miskin, dan dia merasa penat dan mengeluhkan keadaannya itu. Ketika tidur dia bermimpi, seakan-akan ada orang yang bertanya kepadanya, "Sukakah jika kami membuatmu lupa surat Al An'am, dan engkau mendapatkan seribu dinar?"
Orang miskin menjawab, "Tidak."
"Bagaimana kalau surat Hud?"
"Tidak."
"Bagaimana kalau surat Yusuf?"
"Tidak."
"Berarti engkau kini mempunyai kekayaan senilai 100 dinar. Lalu bagaimana mungkin engkau masih mengeluh?"
Pagi harinya dia bangun dengan perasaan yang segar dan dalam keadaan riang.


Suatu kali Ibnus Sammak menemui Harun Ar Rasyid, lalu dia memberinya nasehat, hingga membuat Ar Rasyid menangis. Lalu dia meminta air minum. Ibnus Sammak bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, andaikata minuman Tuan itu tidak bisa diminum kecuali harus ditukar dengan dunia dan seisinya, apakah Tuan akan menebusnya?"
"Ya," jawab Ar Rasyid.
Ibnus Sammak berkata, "Kalau begitu minumlah dengan penuh kenikmatan, semoga Alloh memberkahi bagi Tuan."
Setelah Ar Rasyid meminumnya, Ibnus Sammak bertanya lagi, "Wahai Amirul Mukminin, bagaimana pendapat Tuan jika minuman itu tidak bisa dikeluarkan dari tubuh Tuan kecuali dengan dunia dan seisinya, apakah Tuan akan menebusnya?"
"Ya," jawab Ar Rasyid.
Ibnus Sammak berkata, "Apa yang Tuan lakukan terhadap seteguk minuman itu, maka itulah yang terbaik."

Hal ini menjelaskan bahwa nikmat Alloh yang dilimpahkan kepada kita, berupa seteguk minuman saat haus, lebih besar nilainya daripada seluruh kekayaan dunia. Kemudian keluarnya kotoran dari badan dengan cara yang mudah juga merupakan kenikmatan yang besar. Ini merupakan isyarat yang sangat sederhana tentang nikmat yang bersifat khusus.


Sumber: Minhajul Qashidin, Al Imam Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al Maqdisy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain*
Silakan berkomentar dengan sopan dan tidak bertentangan dengan syari'at.
Terima kasih.